G24NEWS.TV, JAKARTA – Acara Doa Bersama mengenang Presiden Soeharto akan digelar Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar DIY. Ketua DPD Golkar DIY, Gandung Pardiman mengatakan, doa bersama ini sebelumnya akan dilaksanakan pada 8 Juni lalu. Namun, karena terhalang banyak agenda partai, akhirnya disepakati untuk dilaksanakan Jumat (30/6).
Doa Bersama mengenang Presiden Soeharto rencananya akan dipimpin ustaz Muhammad Jazir, di Kantor DPD Partai Golkar DIY. Lalu, akan dihadiri seluruh pengurus dan kader Partai Golkar DIY.
Diharapkan acara ini bisa memberi spirit bagi anak bangsa untuk meneruskan perjuangan Soeharto. Generasi muda bisa memetik hikmah sosok Soeharto sebagai pemimpin yang memiliki stabilitas mental dalam menghadapi persoalan.
Gandung menyebut, Soeharto memiliki stabilitas mental yang luar biasa.
“Sebagai seorang pemimpin, Pak Harto menunjukkan kematangan, stabilitas jiwa, stabilitas mental yang luar biasa,” ujar Gandung.
Partai Golkar tidak bisa dipisahkan dari kiprah Soeharto. Gandung ingin, semua kader dapat melanjutkan cita-cita Soeharto untuk bangsa dan negara sesuai Pancasila.
“Selain berdoa, semuanya harus melanjutkan cita-cita beliau untuk bangsa dan negara Indonesia sesuai Pancasila. Indonesia bebas dari ideologi komunis karena perannya yang sangat besar,” harapnya.
Banyak program dan hasil pembangunan Soeharto yang masih bisa dinimati. Beberapa peninggalan fisik di antaranya, puskesmas dan SD inpres. Selain itu, juga ada konsep swasembada pangan, ataupun rencana pembangunan yang matang.
Keteladanan Soeharto perlu diambil untuk dicontoh dalam membangun bangsa.
“Kita semua harus bisa mengambil hikmah keteladanan dari Pak Harto,” ujar Gandung.
Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia
Soeharto menjabat sebagai Presiden di era Orde Baru. Fokus utama di era Orde Baru adalah pembangunan. Soeharto diangkat sebagai Bapak Pembangunan Indonesia sebagai apresiasi terhadap keberhasilannya membangun Indonesia di segala bidang
Soeharto melakukan pembangunan di segala bidang seperti sekolah, puskesmas, industri strategis nasional dan jalan nasional, waduk, embung, dan berbagai pengendalian banjir perkotaan.
Ia juga membentuk Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita ini dibentuk sejak 1 April 1969 hingga 1994.
Tujuan dari dibentuknya Repelita sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian.
Penulis: Dharma Sastronegoro
Editor: Lala Lala