DaerahHeadline

Warga Jakarta Utara Darurat Air Bersih,Solusi Pemerintah Mana?

1758
×

Warga Jakarta Utara Darurat Air Bersih,Solusi Pemerintah Mana?

Share this article
gambar keran air mengucurkan air bersih
air bersih. (Foto file - An anadolu Agency)

G24NEWS.TV, JAKARTA – Warga RW 02 dan RW 05, Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, dilanda darurat air bersih sejak hampir dua tahun terakhir. Darurat air bersih berkepanjangan ini sangat menyengsarakan warga sekitar Jakarta Utara.

Dikutip dari Kompas.com, mereka yang terdampak kesulitan melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga akibat tidak cukup tersedia air bersih. Salah satu warga RT 010/RW 02 Rawa Badak Utara bernama Fitri (41) pun mengungkapkan keluh kesahnya terhadap PAM JAYA.

Dia mengeluh, terkadang air dari PAM JAYA mengalir normal, tetapi kondisi airnya sangat tidak layak dikonsumsi. Pada saat jam-jam tertentu, biasanya pukul 03.00 WIB, air bahkan tidak mengalir sama sekali.

“Ya kami dapat airnya bau, kayak air limbah, berbusa, licin, agak bau minyak, terkadang asin. Pokoknya kotorlah,” ungkap Fitri saat ditemui di RT 010/RW 02, Rawa Badak Utara, Kamis.

Tarif PDAM Jakarta
Tarif PDAM Jakarta

Beli air bersih ke kelurahan tetangga

Akibat darurat berkepanjangan, warga pun harus memutar otak untuk mendapatkan air bersih demi memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Salah satu usaha yang biasa warga lakukan yaitu meminta air PAM JAYA dari Kelurahan Lagoa. Caranya dengan mengalirkan air menggunakan selang yang panjang.

Aktifitas seperti ini dapat dilakukan karena jarak Kelurahan Lagoa dari Rawa Badak Utara tidak terlalu jauh, hanya terbatas oleh kali.

Hanya saja, air bersih ini tidak didapatkan secara gratis, setiap keluarga di Rawa Badak Utara yang membutuhkan air bersih harus membayar lagi Rp20.000 per jam demi mendapatkan aliran air yang bersih.

“Kadang kami juga suka minta air ke warga yang berbaik hati mau ngasih kami air. Kadang juga kami beli Per jam itu Rp 20.000. kami di sini ada dua Kelurahan, Rawa Badak Utara sama Lagoa,” ucap Fitri.

“Jaraknya tidak terlalu jauh, cukup dekat. Jadi, kalau misalnya kami enggak dapat air (dari PAM JAYA), kami nyelang (memakai selang),” imbuh dia.

Cara lainnya, warga menyalakan pompa alkon yang disediakan PAM JAYA beberapa waktu lalu.

Untuk menyalakan mesin alkon, warga lagi-lagi mendapatkannya tidak gratis. Warga harus mengeluarkan uang patungan untuk membeli bahan bakar.

“(Untuk bahan bakar mesin alkon) sumbangan, saweran seikhlasnya baru air dapat menyala. Kurang lebih membutuhkan enam liter bensin untuk satu hari menyalakan mesin alkon,” ucap Fitri.

Baca Juga  Sukses Pendidikan dan Bisnis, Jesslyn Katherine: Ingin Bermanfaat bagi Masyarakat dari Politik  

Namun demikian, mesin alkon tidak dapat setiap waktunya menyala.

“Ibaratnya kami enggak harus setiap hari tunggu mesin,karena tidak setiap hari juga warga ada waktu untuk menghidupkan mesin, karena kan masing-masing warga punya pekerjaan dan kesibukan masing-masing,” kata Fitri.

Terpaksa laundry dan masak dengan air galon

Fitri menerangkan, Darurat air bersih ini membuat warga yang terdampak cukup sengsara, khususnya bagi ibu rumah tangga seperti dirinya. Dia terpaksa mengeluarkan uang lebih untuk mencuci pakaian ke tempat laundry.

“Warga sekitar kalau cuci baju, ya (ke tempat) laundry. Kami mau bagaimana lagi? Orang tidak punya air. Jadi, double pengeluarannya,” tutur Fitri.

Selain itu, Darurat air bersih juga membuat Fitri kesulitan saat melakukan mencuci beras. Kini, dia harus membeli dan menggunakan air galon untuk mencuci beras. “Ya pakai air galon kalau mau cuci beras, masak sayur dan semuanya, air galon solusinya,” ucap Fitri.

Karena sudah sangat muak dengan Darurat air bersih berkepanjangan, Fitri pun langsung menyindir PAM Jaya. “PAM Jaya mah ‘baik’. Kami masak sayur sudah enggak perlu garam. Orang airnya sudah asin,” ujar Fitri.

Menurut Fitri, layanan yang diberikan PAM Jaya bertolak belakang dengan perlakuan badan usaha milik daerah (BUMD) DKI itu. PAM Jaya akan mendatangi setiap rumah warga yang telat bayar tagihan air per bulannya.

Sementara itu, air yang didapatkan warga sangat tidak layak dikonsumsi.

“Jangan kami telat bayar lalu didatangi, terus disegel. Air saja enggak boleh telat bayarnya, giliran kami dapat air, kayak begini,” celetuk Fitri. Meskipun air yang didapat berbau atau asin, Fitri memastikan bahwa dia tetap membayar tagihan per bulan kepada PAM Jaya. Hal ini juga dilakukan warga sekitar lainnya.

80 Persen Air Tanah Tak Penuhi Standar Kesehatan

Infografis pengguna air tanah di Jakarta
Infografis pengguna air tanah di Jakarta

Sebelumnya, Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral menyatakan, bahwa 80% air tanah di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta tidak memenuhi standar Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. 

Jakarta bagian utara merupakan wilayah terparah dimana secara umum CAT air tanahnya mengandung unsur Fe (besi) dengan kadar yang tinggi serta kandungan Na (Natrium), Cl (Klorida), TDS (Total Dissolved Solid) dan DHL (Daya Hantar Listrik) yang tinggi akibat adanya pengaruh dari intrusi air asin. Selain krisis air bersih, Jakarta juga menghadapi problem penurunan muka tanah yang terjadi rata-rata 0-18,2 cm per tahun.

Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Geologi melalui Balai Konservasi Air Tanah, dalam dua tahun ke belakang dari > 200 titik sumur pengamatan (sumur pantau, sumur produksi, sumur gali dan sumur pantek) menunjukkan bahwa sekitar 80% air tanah di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta tidak memenuhi Kualitas Air Minum. 

Baca Juga  DPD Golkar Jawa Timur Salurkan Air Bersih kepada Masyarakat

Secara umum di bagian Utara CAT Jakarta air tanahnya mengandung unsur Fe (besi) dengan kadar yang tinggi serta kandungan Na (Natrium), Cl (Klorida), TDS (Total Dissolved Solid) dan DHL (Daya Hantar Listrik) yang tinggi akibat adanya pengaruh dari intrusi air asin. Sedangkan di bagian Selatan CAT Jakarta yang menyebabkan air tanah menjadi tidak layak minum adalah dominasi unsur logam seperti Mn (Mangan), Fe (besi) dan Pb (Timbal).

Problem Jakarta bertambah selain krisis air bersih juga menghadapi penurunan muka tanah. Dari hasil pemantauan muka tanah (amblesan tanah) dengan melakukan pengukuran secara visual dan pengukuran menggunakan alat geodetic, memperlihatkan bahwa secara umum laju penurunan tanah di wilayah CAT Jakarta berkisar antara 0 – 18,2 cm/tahun dengan lokasi yang memiliki laju penurunan tanah paling cepat yaitu di daerah Ancol, Pademangan dan Muara Baru- Jakarta Utara. Namun di sisi lain terdapat anomali di beberapa titik lokasi patok pengamatan yang mengalami kenaikan, hal ini menjadi hal menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Menurut Badan Geologi, penurunan muka tanah ini akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan. Berdasarkan catatan Badan Geologi saat ini tercatat lebih dari 4500 sumur produksi yang mengambil air tanah Jakarta untuk keperluan komersial, belum lagi sumur-sumur ilegal tidak memiliki izin pengusahaan air tanah yang tidak masuk dalam hitungan. Kondisi tersebut menyebabkan permukaan tanah Jakarta mengalami penurunan dan berdampak menjadi ancaman serius tenggelamnya Jakarta.

 

banner 325x300