HeadlineInternasional

Dave Laksono: Pembakaran Alquran di Swedia bukan Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi 

252
×

Dave Laksono: Pembakaran Alquran di Swedia bukan Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi 

Share this article
Anggota Komisi I dari Partai Golkra Dave Laksono berpidato di mimbar dengan baju berwarna oranye, seragam ormas Kosgoro 57
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Dave Laksono mengungkapkan pembakaran Al Quran bukan bentuk demokrasi dan kebebasan berekspresi.

G24NEWS.TV, JAKARTA – Pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan Swedia – Denmark Rasmus Paludan bukan bentuk demokrasi dan kebebasan berekspresi, namun hal ini hanya akan menimbulkan kekacauan dan perpecahan dalam skala besar, ujar anggota Komisi I DPR dari Partai Golkar Dave Akbarshah Fikarno Laksono.

Menurut Dave, demokrasi dan kebebasan berekspresi berbeda dengan penghinaan. Sedangkan yang dilakukan oleh Rasmus adalah penghinaan pada umat Islam di seluruh dunia. 

“Pemerintah Swedia tidak bisa bersembunyi di belakang dengan alasan bebas berdemokrasi dan berpendapat,” ujar Dave.

Menurut Dave, DPR akan menaikkan isu ini ke tingkat bilateral dan multilateral jika tidak ada sikap yang tegas dari pemerintah. 

“Kemlu infonya akan memanggil Dubes (Marina Berg), bila tidak ada sikap yang tegas dan jelas, Komisi I akan menaikkan isu ini ke bilateral atau multilateral,” kata Dave

“Kita sebagai bangsa yang amat menghormati umat beragama sudah jadi kewajiban untuk mengutuk hal tersebut,” ungkapnya. 

Sebelumnya, pemimpin partai sayap kanan Denmark Stram Kurs, Rasmus Paludan membakar Al’Quran di depan kedutaan Turki, di Stockholm, Swedia pada Sabtu (21/1). Rasmus membakar kitab suci umat Islam tersebut dengan izin aparat hukum yang menyebut bahwa aksi tersebut merupakan bentuk demokrasi dan kebebasan berekspresi. 

Pembakaran ini terjadi dalam demonstrasi untuk menolak permintaan Turki pada Swedia untuk menindak Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai kelompok teroris bagi pemerintahan Presiden Erdogan. 

Baca Juga  Dave Laksono Setujui Rencana Kominfo Awasi Konten Bisnis ‘Streaming’ Film

Panggil Dubes Swedia terkait Pembakaran Alquran 

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengkonfirmasi akan segera memanggil Dubes Swedia di Indonesia untuk dimintai penjelasan. Namun dia tidak merinci kapan jadwal pemanggilan dubes Swedia itu.

“(Akan dipanggil) Dalam minggu ini, namun kapan waktunya saya belum ada info,” ujar dia dikutip dari detikcom. 

Indonesia sudah mengeluarkan kecaman terhadap aksi pembakaran Al Quran itu.  “Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran kitab suci Al Quran oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia, di Stockholm,” kata Kemlu RI melalui akun resminya di Twitter pada Minggu (22/1).

Aksi tersebut merupakan penistaan kitab suci serta melukai dan menodai toleransi umat beragama. Kemlu juga menegaskan bahwa kebebasan berpendapat seharusnya dilakukan secara bertanggung jawab.

Paludan adalah politisi yang setahun lalu juga pernah melakukan aksi serupa, bahkan dilakukan saat Ramadhan. Aksinya itu memunculkan gelombang demonstrasi besar yang memprotes keputusan pemerintah Swedia  mengizinkan aksi kelompok sayap kanan untuk membakar Al Quran.

Polisi Swedia pada saat itu mengatakan tidak akan lagi mengizinkan pembakaran Alquran terjadi di negara itu karena biaya sosial terlalu besar, tetapi Paludan masih diizinkan untuk melakukan aksinya di depan kedutaan Turki kali ini.

Turki Tolak Keanggotaan Swedia di NATO 

Presiden Turki Recep Tayip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayip Erdogan mengecam pembakaran Alquran di Swedia

Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom menyatakan keprihatinannya dan khawatir aksi politisi sayap kanan itu akan membahayakan persetujuan Turki atas proposal Swedia bergabung dengan NATO. 

Baca Juga  China Longgarkan Kebijakan Zero Covid-19, Warga Bisa Bepergian Tanpa Tes

Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu, setelah selama beberapa dekade tidak tertarik sama sekali dengan blok militer tersebut. Keputusan ini dipicu oleh kekhawatiran soal pertahanan dalam negeri mereka, setelah meletus perang Rusia di Ukraina pada 24 Februari.

Benar saja, Ankara langsung menunjukkan reaksinya dengan memanggil duta besar Swedia Staffan Hellstrom dan membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson ke Turki.  

“Pada titik ini, kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson ke Türkiye pada 27 Januari telah kehilangan signifikansi dan maknanya, jadi kami membatalkan kunjungan tersebut,” kata Menteri Pertahanan Türkiye Hulusi Akar.

Presiden Turki Recep Tayip Erdogan mengatakan tanpa menunjukkan rasa hormat terhadap Islam, Swedia tidak perlu berharap kabar baik dari Turki untuk menyetujui negara itu bergabung ke NATO. 

“Mereka yang menyebabkan aib seperti itu di depan kedutaan kami seharusnya tidak mengharapkan kebaikan dari kami atas permohonan keanggotaan NATO mereka,” kata Erdogan. 

“Jika Anda tidak menghormati keyakinan agama Republik Turki atau Muslim, Anda tidak akan menerima dukungan apa pun untuk (keanggotaan) NATO dari kami,” tambahnya.

Menurut Erdogan, tidak ada individu yang memiliki kebebasan untuk menghina keyakinan umat Islam atau agama dan kepercayaan lain.

 

banner 325x300