Internasional

Rusia dan AS Debat di PBB Soal Pasukan Inggris dan AS Serang Yaman

145
×

Rusia dan AS Debat di PBB Soal Pasukan Inggris dan AS Serang Yaman

Share this article
Ilustrasi Sidang Dewan Keamanan PBB. Foto: PBB
Ilustrasi Sidang Dewan Keamanan PBB. Foto: PBB

G24NEWS.TV, JAKARTA – Perwakilan Rusia dan Amerika Serikat berdebat soal serangan pasukan Amerika Serikat dan Inggris ke wilayah Houthi di Yaman karena membahayakan warga sipil dan meningkatkan ketegangan politik di Timur Tengah.

Duta Besar AS Thomas-Greenfield mengatakan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman pada Kamis (11/1/2024) malam adalah untuk memberikan tekana kepada kelompok yang telah lebih dahulu melakukan serangan terhadap pelayaran komersial di Laut Merah dan Teluk Aden.

Serangan-serangan ini perlu dan proporsional, tambahnya, seraya mencatat bahwa “serangan-serangan tersebut konsisten dengan hukum internasional dan dalam pelaksanaan hak yang melekat pada AS untuk membela diri, sebagaimana tercermin dalam Pasal 51 Piagam PBB“.

Saat memberi tahu Dewan Keamanan tentang alasan sekutu melakukan serangan tersebut, dia menekankan bahwa tidak ada seorang pun yang kebal, termasuk Rusia, dari serangan yang dilakukan oleh Houthi terhadap kapal dan kapal.

“Selama salah satu kapal kami rentan, semua kapal kami juga rentan,” katanya, seperti dilansir dari laman resmi PBB, Sabtu (13/1/2024).

Dia mengatakan sejak November, lebih dari 2.000 kapal harus dialihkan karena ancaman Houthi dan pemberontak telah menyerang dan menyandera pelaut dari lebih dari 20 negara.

Dia mengingat resolusi minggu ini yang diadopsi oleh Dewan Keamanan yang menyerukan Houthi untuk menghentikan serangan mereka dan mengutuk mereka yang menyediakan senjata dan bantuan yang diperlukan untuk melakukan serangan tersebut.

Baca Juga  Korban Gempa Maroko Terus Bertambah, Hampir 2.500 Warga Meninggal Dunia

“Resolusi ini juga merujuk pada hak yang melekat pada Negara-negara Anggota, sesuai dengan hukum internasional, untuk melindungi kapal mereka dari serangan,” kata Duta Besar.

“Serangan kemarin adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan yang diambil untuk membela diri, yang dilakukan oleh AS bersama negara-negara lain dan tindakan yang terjadi dengan latar belakang diplomatik yang luas dan kecaman global,” katanya.

Duta Besar Thomas-Greenfield menekankan bahwa negaranya tidak menginginkan lebih banyak konflik di kawasan.

“Tujuan kami sederhana: meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas di Laut Merah, sekaligus menjunjung prinsip dasar kebebasan navigasi,” katanya.

Agresi Bersenjata

Sementara itu, Nebenzia, Duta Besar Rusia, mengatakan bahwa mengingat adanya agresi bersenjata yang terang-terangan terhadap negara lain, delegasinya lebih suka melihat Sekretaris Jenderal PBB memberikan pengarahan kepada Dewan.

Agresi kemarin yang dilakukan oleh apa yang disebut “koalisi internasional” mengakibatkan serangan terhadap Yaman dan rakyatnya, dengan pesawat terbang dan kapal laut menghantam banyak kota, membombardir bandara dan infrastruktur lainnya.

Kehancuran yang sama juga terjadi di Gaza, dengan perang yang kini menyebar ke Laut Merah dan Teluk Aden, katanya, seraya menambahkan bahwa serangan besar-besaran yang dilakukan AS dan Inggris “tidak ada hubungannya” dengan hak untuk membela diri. .

Baca Juga  Kembali Berkilau: Sinema Indonesia Memikat Busan International Film Festival 2023

“Tindakan koalisi melanggar Pasal II Piagam PBB,” ujarnya. Dia mengingatkan soal kebebasan navigasi diatur oleh Hukum Laut.

Dalam hal ini, perselisihan harus diajukan ke badan yang sesuai. Sejalan dengan seruan Rusia yang konsisten untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, ia mengatakan bahwa upaya Dewan untuk melakukan hal tersebut telah dihalangi oleh AS, yang telah memberikan “penjelasan yang memutarbalikkan” atas tindakan kriminalnya dalam diskusi Dewan mengenai resolusi yang diadopsi mengenai Merah. Laut.

AS dan sekutunya memiliki catatan pelanggaran berat, katanya, seraya menambahkan bahwa Washington juga menutupi tindakannya di Suriah dengan “daun ara”.

Terkait Gaza, ia mengatakan Timur Tengah kini menghadapi situasi kritis.

“Jika eskalasi terus berlanjut, kawasan ini bisa menghadapi bencana,” katanya.

Dia menambahkan bahwa tanggung jawab atas hal ini harus berada di tangan AS. Karena itu, ia menyerukan komunitas internasional untuk mengutuk serangan terhadap Yaman dan melakukan upaya global lebih lanjut untuk menghentikan kekerasan di Timur Tengah.

Email: Nyomanadikusuma@G24 News
Editor: Lala Lala

banner 325x300