InternasionalKarya dan Gagasan

Lamtoro Beef, Atasi Ketergantungan Pakan Sapi Konvensional dengan Inovasi

530
×

Lamtoro Beef, Atasi Ketergantungan Pakan Sapi Konvensional dengan Inovasi

Share this article
Ilustrasi sapi
Ilustrasi sapi

G24NEWS.TV, JAKARTA — Fakultas Peternakan Universitas Mataram menciptakan inovasi guna mengatasi ketergantungan pakan sapi konvensional dengan terobosan Lamtoro Beef.

Inovasi pakan sapi dari tanaman leucaena leucocephala itu guna mengatasi ketergantungan terhadap pakan sapi konvensional yaitu jerami atau rerumputan.

“Pakan sapi yang berasal dari lamtoro berguna untuk mengatasi ketergantungan terhadap pakan sapi konvensional, yakni jerami atau rerumputan,” jelas Dekan Fakultas Peternakan Unram Prof Muhammad Ali.

Riset inovasi yang mulai dilakukan sejak 2011 ini dimotori oleh Prof Dahlanuddin. Tanaman lamtoro atau petai cina disebut sangat representatif untuk dijadikan pakan sapi.

Tanaman lamtoro
Tanaman lamtoro

“Kenapa kita pakai lamtoro? Karena kita berada di kepulauan yang terbatas pakannya. Kita pilih jenis tanaman vegetasi yang mampu tumbuh di lahan kritis dan juga berprotein tinggi,” terangnya.

Kelebihan Lamtoro Beef untuk Pakan Sapi

Pakan sapi yang terbuat dari tanaman lamtoro menunjukkan kelebihan, salah satunya membuat asam linoleat pada daging sapi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi yang diberi pakan konsentrat.

Baca Juga  Airlangga Hartarto: ASEAN Tidak boleh Jadi Proksi Kekuatan Manapun

Oleh sebab itu, Lamtoro Beef digunakan untuk pengembangan sapi Bali atau Bos Javanicus yang merupakan sapi asli Indonesia yang telah berkembang di NTT maupun Indonesia bagian Timur.

Ilustrasi Sapi (BPPKH Cinagara)
Ilustrasi Sapi (Foto by: BPPKH Cinagara)

Prof Ali mengatakan bahwa ada dua permasalahan utama dalam meningkatkan mutu sapi Bali. Pertama, pertumbuhan yang lambat dan daging yang keras atau alot.

Oleh sebab itu, sapi Bali dianggap inferior dibanding sapi eksotik seperti Simmental atau Limosin.

Dalam pengembangan inovasi ini, jenis lamtoro yang digunakan adalah yaritas tarramba. Jenis lamtoro ini lebih toleran terhadap serangan kutu loncat atau heteropsylla cubana, yang banyak menyerang tanaman lamtoro.

Dilansir dari laman resmi Universitas Mataram, Prof Ali mengatakan melaui riset terpadu itu, Lamtoro Beef yang dihasilkan Unram telah menjangkau pasar internasional.

Baca Juga  Apresiasi Indonesia dengan Segudang Kekayaan Budayanya!

Daging sapi yang dikonsumsi para pemimpin di KTT G20 tahun 2022 di Bali lalu, berasal dari Lamtoro Beef yang diproduksi Universitas Mataram.

Suasana jamuan makan malam pemimpin G20 di Bali (Foto by: Kemenparekraf)
Suasana jamuan makan malam pemimpin G20 di Bali (Foto by: Kemenparekraf)

Sebagai informasi, inovasi Lamtoro Beef Universitas Mataram berhasil meraih riset pendanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) awal 2023.

Program yang diajukan dalam PKKM itu bernama Integrated Sustainable Animal Production Inovation (I-SAPI) dan telah masuk pasar internasional pada 2022.

Sejumlah perusahaan di Indonesia mulai tertarik sejak masuknya produk itu di pasar internasional.

“Saat ini kita juga sudah melakukan kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di luar negeri dari Australia, Inggris, Jepang, dan Korea,” jelasnya.

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram pun berharap dapat menghadirkan inovasi peternakan yang berkelanjutan.

“Nanti tidak hanya dari Lamtoro Beef, kita juga bisa hasilkan steak, daging awetan (rarit) dan lainnya.” tandasnya.

banner 325x300