Headline

Peluncuran Buku “Jalan Tengah Golongan Karya”, Sejak Awal Golkar Berorientasi Kesejahteraan Bukan Ideologi 

150
×

Peluncuran Buku “Jalan Tengah Golongan Karya”, Sejak Awal Golkar Berorientasi Kesejahteraan Bukan Ideologi 

Share this article
Erwin Aksa Jalan tengah partai golkar
Erwin Aksa saat peluncuran buku "Jalan tengah Partai Golkar". (Foto g24news)

G24NEWS.TV, JAKARTA – Partai Golkar sejak awal berdirinya mengambil jalan tengah, yaitu sekelompok orang yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat bukan ideologi, ujar Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa, Senin (26/2). 

Menurut Erwin, mempunyai ideologi juga positif, namun seringkali perdebat ideologi tidak selesai-selesai dan melupakan tujuan utama mensejahterakan masyarakat. 

“Inilah yang dikritik oleh Presiden Sukarno di akhir tahun 1950an. Partai politik isinya debat ideologi melulu, siapa yang mau kerja?” ujar Erwin dalam peluncuran buku “Jalan Tengah Golongan Karya: Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Demi Kemajuan Bangsa”. 

Buku ini ditulis oleh Erwin dan politisi senior Sharif Cicip Sutardjo.

Menurut Erwin, orang yang sibuk bekerja dan menghasilkan karya, tidak tidak punya waktu untuk menganut ideologi yang ekstrim.

Partai Golkar menurut Erwin sibuk membahas kebijakan publik dan sistem pemerintahan yang paling efektif dan efisien. 

“Agar bisa fokus dengan hal-hal tersebut, Golongan Karya tidak berjalan di kiri, maupun di kanan. Kita berjalan di “tengah”,” ujar Erwin. 

“Kita ambil jalan yang lurus, yang stabil, yang sejuk dan tidak ekstrim. Kita ambil jalan yang tujuannya adalah kesejahteraan bersama,”lanjut dia. 

Menurut Erwin, Golkar bisa mengambil nilai-nilai baik yang ada di sisi kiri dan kanan. Contohnya dari sosialisme, dapat diambil pemihakan terhadap kelompok miskin dan rentan untuk memastikan mereka mendapatkan pelayanan publik yang baik. 

Baca Juga  Legislator Golkar Ace Hasan Dorong Pemda Alokasikan APBD Untuk Pendidikan Agama Islam

Sedangkan di sisi kanan, bisa ambil semangat inovasi, semangat usaha, semangat pantang menyerah dan meritokrasi.

Inilah juga, ujarnya, yang dianut sebagai visi dari presiden dan wakil presiden terpilih, yaitu Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka: yaitu Ekonomi Pancasila. Ekonomi tengah. 

“Dalam proses penulisannya, saya banyak berdiskusi dengan Pak Cicip, Pak Airlangga Hartato, Pak Ace Hasan Syadzily, Pak Rizal Mallarangeng, dan banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,” jelasnya.

Golkar Harus jadi Pilar Utama Demokrasi 

Erwin Aksa saat peluncuran buku "Jalan tengah Partai Golkar"
Erwin Aksa bersama Rocky Gerung dan Siti Zuhro saat peluncuran buku “Jalan tengah Partai Golkar”

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro mengatakan Partai Golkar mempunyai pengalaman dan dinamika yang sangat menarik.

Buku ini menurut dia juga menunjukkan bahwa Partai Golkar mempunyai potensi dan empat pada kemajemukan. Menurut dia Golkar saat ini ingin menegaskan bahwa mereka bukan hanya golongan fungsional, tapi  juga wadah kemakmuran yang ingin mendapatkan harmoni sosial.

“Tengah ini cermin masyarakat kita yang tidak mau kiri atau kakan banget yang merefleksikan kebhinekaan,” ujar Siti Zuhro yang jadi pembicara dalam acara tersebut. 

Namun saat ini menurut dia Golkar harus bisa menjadi partai “wong cilik” atau masyarakat kecil melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak, termasuk pada perempuan. 

Baca Juga  Prabowo Subianto: KIM adalah Poros Tengah, Siap Lanjutkan Program Pemerintahan Jokowi 

Tidak sekadar memosisikan dirinya sebagai partai tengah, tapi Golkar juga harus menjadi pilar utama demokrasi. Karena partai punya peran signifikan mewujudkan pemerintahan efektif dan mampu mengeksekusi program-program yang bermanfaat bagi rakyat.

“Golkar relatif eksis dengan party id yang jelas. Juga memiliki basis massa yang terukur di sejumlah wilayah yang memungkinkannya mampu bertahan di tengah banyaknya partai-partai politik baru yang bermunculan di setiap pemilu,”ujar dia. 

Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan buku ini mencerminkan Partai Golkar sebagai partai dengan banyak ide. 

“Golkar didirikan secara intelektual dan konseptual. Golkar itu surplus pikiran, surplus teknokrasi. Ini yang membuat dia bertahan sampai saat ini, yaitu wanginya pikiran Golkar,” ujar Rocky. 

Rocky menyebut, Erwin Aksa melalui buku ini ingin memberi terobosan konseptual dalam kehidupan partai dan demokrasi di Indonesia. 

Menurut dia, buku ini juga bisa menjadi tuntutan akademis dan tuntunan intelektual untuk memulai kaderisasi di Golkar. 

“Buku ini, menjadi bukti bahwa Golkar harus tunggu dengan mengunyah pikiran, bukan sekedar mengunyah makan siang, apalagi yang gratis,” tutur Rocky.

 

banner 325x300