Ekonomi

Ketegangan Geopolitik dan El Nino Hambat Pengiriman Bahan Baku Manufaktur

64
×

Ketegangan Geopolitik dan El Nino Hambat Pengiriman Bahan Baku Manufaktur

Share this article
Suasana Ilustrasi suasana pabrik. Foto: Ist
Suasana Ilustrasi suasana pabrik. Foto: Ist

G24NEWS.TV, JAKARTA – Ketegangan geopolitik menghambat pengiriman sedangkan kekeringan El Nino menyebabkan kelangkaan bahan baku manufaktur.

Perang Rusia-Ukraina menyebabkan kelangkaan ketersediaan Kalium sebagai bahan baku pupuk NPK yang diimpor dari Rusia sebagai mitra utama.

Selain itu, banyaknya hari libur pada bulan Februari diduga mengurangi waktu produksi di sebagian besar subsektor, yang mengakibatkan kontraksi.

Penurunan nilai IKI terbesar dialami oleh industri alat angkutan lainnya sebesar 5,15 poin, yang mengubah level ekspansinya menjadi kontraksi.

Beberapa faktor dominan yang menyebabkan nilai IKI subsektor ini turun yaitu penurunan pesanan domestik dan luar negeri, masih banyak persediaan produk, ketersediaan bahan baku, dan faktor musiman.

Enam subsektor mengalami nilai IKI kontraksi secara berurutan dari yang terendah, yaitu industri komputer, barang elektronik dan optik, industri peralatan listrik, industri tekstil, industri pengolahan lainnya, industri kayu, barang kayu dan gabus, dan industri alat angkutan lainnya.

Baca Juga  Jerry Sambuaga Dorong Digitalisasi di Pasar Rakyat

Pemulihan Ekonomi Global

Di tengah upaya pemulihan ekonomi global, dua ekonomi besar dunia, Jepang dan Inggris, justru masuk dalam gelombang resesi.

Selain itu, perkembangan geopolitik seperti ketegangan di Laut Merah sebagai imbas dari konflik Timur Tengah masih menghambat jalur pergerakan barang.

Penyelenggaraan pemilihan umum pada tahun 2024 di beberapa negara mitra utama Indonesia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Taiwan, juga mempengaruhi perilaku bisnis mereka ke Indonesia.

Dalam situasi global yang belum stabil tersebut, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh dan tampak terkendali, termasuk sektor industri manufaktur.

Rata-rata pertumbuhan PDB industri manufaktur Indonesia mencapai 3,44 persen (2014-2022), lebih tinggi dari pertumbuhan dunia maupun OECD (data world bank), dengan kontribusi mencapai 19,9 persen.

Nilai Manufacturing Value Added Indonesia tahun 2021 yang mencapai USD288 miliar (data UNStats), menunjukkan Indonesia merupakan salah satu power house manufaktur dunia.

Baca Juga  Sambut Musim Tanam, Ketua Golkar Bali Sumbang Ribuan Bibit Jagung Kepada Petani

Ekspor produk Industri nonmigas menyumbang 72,24 persen ekspor Indonesia (tahun 2023). Penyerapan tenaga kerja hingga 19,29 juta orang (naik 23,5 persen dibandingkan 2014), dan investasi sektor industri yang mencapai Rp3.031,85 triliun selama satu dekade menunjukkan bahwa industri manufaktur tetap kuat dalam menghadapi resesi global saat ini.

Sementara itu, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur menunjukkan selama 29 (dua puluh sembilan) bulan berturut-turut Indonesia mengalami ekspansi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh Indeks Kepercayaan Industri sejak dirilis November 2022 hingga Februari 2024 ini.

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Februari 2024 mencapai 52,56, meningkat 0,21 poin dibandingkan Januari 2024,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan saat rilis IKI Februari di Jakarta, Kamis (29/2/2024), dalam keterangan resmi Kementerian Perindustrian.

Email: Dharmasastronegoro@G24 News
Editor: Lala Lala

banner 325x300