HeadlineNasional

Indonesia Beli Kapal Selam Inggris Rp1,5 triliun untuk Operasi Penyelamatan Bawah Laut

181
×

Indonesia Beli Kapal Selam Inggris Rp1,5 triliun untuk Operasi Penyelamatan Bawah Laut

Share this article
Indonesia membeli sistem penyelamatan kapal selam (Submarine Rescue Vehicle System/SRVS) dari Inggris
Kapal selam penyelamat dari Inggris

G24NEWS.TV, JAKARTA – Di bawah kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Indonesia terus melakukan pemenuhan kebutuhan pokok minimum (minimum essential force/MEF), dengan langkah terbaru beli kapal selam dari Inggris untuk operasi penyelamatan. 

Kementerian Pertahanan pada Rabu lalu mengumumkan baru saja menandatangani  kontrak senilai US$100 juta untuk memperoleh sistem penyelamatan kapal selam (Submarine Rescue Vehicle System/SRVS) dari Inggris. 

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Pertahanan Brigjen Edwin Adrian Sumantha mengatakan peralatan ini digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesiapan armada kapal selam, menyusul kecelakaan dua tahun lalu. 

Sistem ini terdiri dari Submarine Rescue Vehicle (SRV)-F Mk.3 mutakhir yang dapat menyelamatkan seluruh awak kapal selam yang tenggelam sekaligus. Selain itu  kapal induk khusus yang mendukung operasi penyelamatan. 

Sebelumnya bangsa Indonesia mengalami kejadian memilukan dengan tenggelamnya kapal selam TNI Angkatan Laut tenggelam di Laut Bali pada April 2021 yang menewaskan 53 awak kapal. 

Menurut Edwin mengatakan pembelian kapal selam senilai US$100 juta (Rp1,5 triliun) tersebut melalui skema pinjaman luar negeri. Paket tersebut terdiri satu unit kapal selam penyelamat, satu unit kapal induk khusus dan kelengkapan lainnya, seperti ruang dekompresi, sistem peluncuran dan pemulihan, peralatan pengangkutan udara, dan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh.

“Dasarnya, sejak Indonesia memiliki kapal selam untuk pertama kalinya sampai dengan saat ini, Indonesia belum memiliki kapal selam penyelamat,” terang Brigjen Edwin seperti dikutip dari BenarNews pada Rabu (13/9).

Edwin menambahkan pada Selasa terjadi penandatanganan kesepakatan tripartit antara perusahaan swasta nasional PT. BTI Indo Tekno dan dua perusahaan dari Inggris, yaitu Submarine Manufacturing & Products Ltd, dan Houlder Ltd., untuk pemenuhan kontrak SRVS.

Penandatanganan ini disaksikan oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Mayjen TNI Muhammad Fadjar, sebagai perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Indonesia, dan Utusan Perdagangan Perdana Menteri Inggris untuk Indonesia dan ASEAN, Richard Graham.

Baca Juga  Pengamat Politik Yakin Transisi Pemerintahan Dari Jokowi ke Prabowo Akan Berjalan Mulus

Mother ship-nya nanti diproduksi PT BTI,” jelas Edwin.

Berdasarkan situsnya, PT BTI Indo Tekno adalah perusahaan swasta yang bergerak di industri pertahanan yang berpusat di Surabaya. Perusahaan ini memiliki kantor perwakilan di Asia Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa.

Kepala Dinas Penerangan Komando Armada I Letkol Laut Fajar Tri Rohadi mengatakan Indonesia saat ini memiliki empat kapal selam.

Fajar mengatakan dirinya belum mendapatkan informasi pasti kapan kapal selam penyelamat akan dikirim dari Inggris.

“Belum ada perkembangan informasi, nanti kalau sudah ada kepastian dari Kementerian Pertahanan kita infokan,” jelasnya saat dikonfirmasi BenarNews.

Berdasarkan rilis Kementerian Pertahanan, SRV-F Mk.3 masuk dalam jajaran SRVS paling canggih di dunia yang dibangun oleh Submarine Manufacturing & Products Ltd. di Inggris.

Dengan konsep ini, SRV-F Mk.3 dirancang mampu menyelamatkan semua kru kapal selam dalam satu kali perjalanan saja. Sebab, kapasitas SRV-F Mk.3 mencangkup 50 orang penumpang dan tiga kru.

“Dalam upayanya meningkatkan kapabilitas TNI Angkatan Laut, SRVS akan memperkuat armada kapal selam Indonesia dan memastikan keamanan dan keselamatan awak kapal selam yang dengan tulus berdedikasi dalam menjaga kedaulatan bangsa,” tulis keterangan Kementerian Pertahanan.

Kementerian juga menyampaikan lewat penandatanganan kontrak SRVS, Indonesia akan menjadi operator SRVS tercanggih di kawasan, mendongkrak kemampuan dan kesiapan tempur armada kapal selam Indonesia, dan menjamin keselamatan kru yang mengoperasikannya.

Pada 2021, kapal selam KRI Nanggala-402 yang membawa 53 awak tenggelam di kedalaman 838 meter Laut Bali.

Namun upaya penyelamatan resmi dihentikan satu bulan walaupun telah melibatkan tiga kapal pemerintah China, dengan alasan bahwa upaya dan risiko pengangkatan kapal tersebut terlalu sulit, demikian pernyataan TNI Angkatan Laut.

Baca Juga  Ace Hasan Ajak Pelaku Usaha di Jawa Barat Wujudkan Budaya Halal

Faktor lokasi karam yang curam dan dalam serta potensi tinggi terjadinya gelombang bawah laut yang besar menjadi alasan penghentian misi pencarian ini.

Bukan prioritas tapi perlu

Pengamat militer dari Marapi Consulting and Advisory, Beni Sukadis, mengatakan pembelian sistem penyelamat sebenarnya tidak terlalu prioritas bagi Angkatan Laut saat ini.

Sebab Indonesia hanya memiliki empat kapal selam, sehingga itu akan menjadi beban bagi anggaran pertahanan dalam ongkos perawatannya, kata Beni.

“Lalu penggunaannya mungkin sangat jarang, yang justru menjadikan aset yang tidak efisien,” jelas Beni kepada BenarNews.

Dia juga meminta Kementerian Pertahanan ikut memikirkan sistem operasional pendukungnya dan pelatihan bagi awak sistem penyelamat ini.

“Apakah sudah dimasukkan dalam item anggaran pengadaannya? Kalau tidak, justru akan menjadi beban Angkatan Laut di masa depan,” terang Beni.

Namun, pengamat militer dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi mengatakan Indonesia butuh kapal selam penyelamat yang bisa digunakan dalam keadaan darurat.

Menurut dia, tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala memberikan pelajaran berharga.

“Terutama mengingat bahwa sesuai rencana Minimum Essential Forces (MEF), Indonesia akan mendatangkan sejumlah kapal selam baru untuk menambah yang sudah ada,” terangnya kepada BenarNews.

Selama ini, ujar Khairul, Indonesia memiliki armada kapal selam, tapi tidak memiliki perangkat penanganan kedaruratan dan penyelamatan yang memadai.

Awalnya, ucap dia, kondisi itu memang bisa disiasati dengan membangun kerja sama dengan negara-negara lain yang sudah memiliki perangkat tersebut.

Tapi fakta saat insiden Nanggala menunjukkan bahwa bantuan tidak bisa cepat datang. Padahal, operasi penyelamatan kapal selam berkejaran dengan waktu.

“Karena itu saya kira, kehadiran kapal penyelamat itu nantinya akan sangat meningkatkan moril prajurit terutama yang bertugas di kapal selam,” jelasnya.

banner 325x300