EkonomiHeadline

Ekonom UGM Dukung Prabowo Kembangkan Energi Baru dan Terbarukan

118
×

Ekonom UGM Dukung Prabowo Kembangkan Energi Baru dan Terbarukan

Share this article
Ilustrasi panas bumi. Foto: Kementerian ESDM
Ilustrasi panas bumi. Foto: Kementerian ESDM

G24NEWS.TV, JAKARTA – Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mendukung rencana Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan.

“Indonesia mempunyai resources cukup berlimpah ruah, salah satunya etanol. Kemudian juga ada sawit dan itu bisa dijadikan sebagai alternatif untuk bahan bakar minyak (BBM). Saya kira rencana Prabowo untuk stop impor BBM dan menggantinya dengan green energy suatu pemikiran yang cukup bagus dan ideal,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (1/3/2024).

Menurut dia, rencana menghentikan impor BBM dan menggantinya dengan energi terbarukan, seperti kelapa sawit, tebu hingga singkong, untuk membawa Indonesia menuju swasembada energi.

Baca Juga  Prabowo Tegaskan Kembali Akan Lanjutkan Program Jokowi

Meskipun rencana itu bagus, kata Fahmy, diperlukan waktu yang cukup untuk menyiapkan teknologi sebab Indonesia belum mempunyai teknologi sehingga perlu pengembangan teknologi untuk mengolah sumber daya alam Indonesia menjadi energi hijau.

“Tetapi itu tidak bisa serta-merta dilakukan karena salah satunya kita tidak punya teknologi untuk mengolahnya,” ujarnya, seperti dilansir dari Antara.

Fahmy menjelaskan untuk mempercepat transfer teknologi, pemerintah atau Pertamina bisa bekerja sama dengan perusahaan asing, yang sudah memiliki teknologi, khususnya bidang minyak dan gas multinasional.

Baca Juga  Ketua TKN: Prabowo-Gibran Kampanye Efisien di Akhir Pekan

“Yang paling tepat bagaimana menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang punya teknologi, apakah itu dari Amerika atau Eropa, atau bahkan China. Sekarang mereka punya teknologi,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah perlu mempertimbangkan sumber energi hayati untuk pangan yang harus dibagi secara proporsional.

“Ini juga harus dipikirkan harus diperhitungkan sebab kalau diperuntukkan energi saja maka akan kekurangan untuk bahan baku minyak goreng. Misalnya, di satu sisi bisa menghasilkan B100, tetapi minyak gorengnya jadi langka dan menimbulkan masalah baru,” jelasnya.

Email: Nyomanadikusuma@G24 News
Editor: Lala Lala

banner 325x300