G24NEWS.TV, JAKARTA — Menjadi seseorang dengan kekurangan bukanlah hambatan, seperti Alexander Farrel Rasendriyo Haryono (22) berhasil lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan predikat Cumlaude.
Farrel, sapaan akrabnya, berhasil membuktikan bahwa kekurangan tidak menghambat untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Ia bahkan lulus tepat waktu dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,74 dan mendapat predikat cumlaude.
“Senang sekali mas, bisa selesai tepat waktu, empat tahun,” kata Farrel dalam keterangan tertulis di laman resmi UGM, Kamis (24/8).
Ibunda Farrel, Emil Tri Ratnasari, yang hadir dalam prosesi wisuda mengaku bangga dengan kelulusan sang anak dari UGM.
“Aduh, mewek terus di atas (balkon). Pokoknya bangga. Perjuangannya sungguh luar biasa, semoga sukses terus kedepannya,” harap Ibunda Farrel.
Farrel adalah salah satu dari 1.609 lulusan sarjana UGM yang diwisuda program sarjana di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta.
Tidak Banyak Kendala Selama Perkuliahan
Farrel mengaku ia tidak banyak mengalami selama perkuliahan kendala karena para dosen selalu mengirim soft file saat kuliah daring.
Sementara, saat kuliah tatap muka, Farrel selalu mencatat apa yang disampaikan dosen lewat ketikan di laptopnya.
“Kebetulan dosen-dosen selalu membagi materi pembelajaran. Selama kuliah, saya mencatat,” ujarnya.
Saat ujian, kata Farrel, ia ditempatkan dalam ruangan khusus. Dibantu dengan sebuah aplikasi khusus agar ia tahu soal-soal yang ditanyakan, Farrel selanjutnya mengerjakan jawabannya dengan cara mengetik di laptop.
Saat pengerjaan tugas skripsi, Farrel melakukan hal yang sama dengan mahasiswa lainnya seperti menulis riset dan wawancara langsung dengan responden.
“Sama dengan mahasiswa yang lain, saya menulis, riset, dan wawancara,” katanya.
Ia pun memilih tema skripsi soal hukum pajak penghasilan bagi penyandang disabilitas.
“Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah diperlukan ketentuan khusus penerapan pajak penghasilan bagi penyandang difabel. Sebab secara ekonomi mereka memiliki pengeluaran lebih besar dibanding dengan non difabel,” paparnya.
Rekan-rekan kuliahya banyak membantu mobilitas saat berkuliah empat tahun di Fakultas Hukum UGM.
Untuk berangkat ke kampus, Farrel menggunakan jasa langganan ojek daring dari rumah.
Saat sampai di gerbang kampus, rekan kuliahnya sudah menunggu untuk mengantarnya ke dalam kelas.
“Sampai kampus janjian sama teman sudah ada yang jemput. Lalu saya diantar ke kelas. Begitu juga janjian dengan dosen, selalu diantar,” kenangnya.
Pasca menyandang gelar Sarjana Hukum, Ia mengaku berencana melamar pekerjaan di bidang hukum, apalagi ia memiliki ketertarikan pada hukum pajak.
“Setelah ini, saya mau lamar kerja dulu, mungkin 2-3 tahun lagi mau daftar pendidikan S2,” pungkasnya.