Ekonomi

Airlangga Hartarto Bangun Kolaborasi Dengan Uni Eropa Kembangkan Pertanian Berkelanjutan

192
×

Airlangga Hartarto Bangun Kolaborasi Dengan Uni Eropa Kembangkan Pertanian Berkelanjutan

Share this article
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan secara virtual dalam The 19th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook, Kamis (2/11/2023). Foto: Kemenkoperekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan secara virtual dalam The 19th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook, Kamis (2/11/2023). Foto: Kemenkoperekonomian

G24NEWS.TV, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Pemerintah siap membangun kolaborasi dengan Uni Eropa dalam membangun kerangka kerja yang mendorong pertanian berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan yang dimaksud, jelasnya, termasuk produksi minyak nabati, dengan cara yang inklusif, holistik, adil dan tidak diskriminatif.

“Minyak sawit merupakan cara yang berkelanjutan dan efisien untuk memenuhi permintaan minyak nabati yang terus meningkat,” jelas Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan secara virtual dalam The 19th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook, Kamis (2/11/2023).

Dia mengatakan kelapa sawit juga mendukung penyediaan bahan bakar transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti bahan bakar penerbangan berkelanjutan.

Indonesia, ujarnya, juga telah mengembangkan SAF yang dikenal dengan BioAvtur 2,4%.

Baca Juga  Jasa Marga Tutup Akses Proyek Menuju Stasiun Kereta Cepat Whoosh Halim di Jalan Tol Jakarta-Cikampek

Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan

Airlangga Hartarto menjelaskan Pemerintah berkomitmen melakukan pengembangan kelapa sawit berkelanjutan, antara lain melalui Indonesia Sustainable Palm Oil Plantation Certification System (ISPO).

Sertifikasi ISPO menjamin praktik produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan petani kelapa sawit mengikuti prinsip dan kaidah keberlanjutan.

Lebih jauh lagi, dengan perkiraan bahwa populasi dunia akan mencapai 9,8 miliar jiwa pada tahun 2050, dunia akan memerlukan tambahan 200 juta ton produksi minyak nabati pada saat tersebut.

Untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, Indonesia telah melakukan penanaman kembali seluas 200.000 hektare sejak tahun 2007.

Kemudian, seluas 180.000 hektare sedang dilakukan penanaman kembali di tahun ini dengan mengalokasikan anggaran sebesar USD386 juta.

Baca Juga  Indonesia Pimpin ASEAN Pulihkan Ekonomi Seusai Pandemi

Di tingkat global, inisiatif Uni Eropa melalui kebijakan European Union Deforestation Regulation (EUDR) untuk membatasi deforestasi yang disebabkan oleh kegiatan kehutanan dan pertanian di seluruh dunia.

Kebijakan ini, ujarnya, akan memberikan dampak langsung pada komoditas utama Indonesia yakni kelapa sawit, kopi, kakao, karet, kedelai, sapi, dan kayu.

The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) juga telah menjalin komunikasi intensif dengan komisi Uni Eropa untuk mengatasi tekanan tersebut dan telah menghasilkan enam tim kerja.

Termasuk inklusivitas petani kecil, skema sertifikasi yang relevan, ketertelusuran, data ilmiah mengenai deforestasi dan degradasi hutan, serta perlindungan data privasi.*

Email: Nyomanadikusuma@G24 News

Editor: Lala Lala

banner 325x300