G24NEWS.TV, JAKARTA — India merupakan salah satu negara yang sukses mengembangkan pertanian, bahkan disebut sebagai Raja Beras di dunia.
India dikenal sebagai negara penghasil dan pengekspor beras terbesar di dunia. Kira-kira, apa ya rahasia kesuksesan India sebagai Raja Beras di dunia?
Baru-baru ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan rahasia kesuksesan India sebagai negara penghasil dan pengekspor beras terbesar di dunia, seperti strategi Soeharto di masa Orde Baru.
“India 1,4 miliar orang bisa surplus, lebih. Saya tanya Kementerian Perdagangannya, semua pakai koperasi, gak konglomerasi, seluruh pertanian koperasi,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan dilansir dari CNBC Indonesia.
Ia menyebutkan bahwa pupuk di India dibuat oleh koperasi.

“Pupuk dia gak pakai pabrik pupuk kayak kita, tapi pupuk dibuat oleh koperasi-koperasi, tapi penelitian oleh pemerintah,” jelas Zulkifli Hasan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI.
Kebijakan itu, lanjutnya, demi mengamankan stok serta menghindari penipisan stok pangan dalam negeri. Hal ini mengingat ukuran India dengan jumlah penduduknya mencapai miliaran orang.
Mendag Zulkifli Hasan mengingat kebijakan itu seperti metode Indonesia saat masa Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
“Tapi kebijakan gak ada yang ambigu, petani disubsidi habis-habisan. Semua pupuk, bunga semua gak ada tawar, untuk dalam negeri (soal) makan mereka habis-habisan, kira-kira seperti Orde Baru irigasi pupuk,”lanjutnya.
Menurutnya, pupuk di Indonesia diatur terlalu banyak dan masalah tersebut tidak kunjung selesai.
“Kita kan pupuk diatur terlalu banyak, begitu sawah perlu, pupuknya gak ada. kalau panen pupuknya ada. (masalah) ini gak kelar-kelar,” sebutnya.
Indonesia Tidak Bisa Terlalu Bergantung pada Impor
Tak hanya India, negara ASEAN seperti Vietnam juga menjadi negara yang surplus dalam pertanian, khususnya beras. Kunci kesuksesannya yakni keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pertanian.
“Di Vietnam tanah pertanian lebih tinggi dari Taman Nasional. Jadi pertanian gak boleh jadi perumahan, pabrik, kalau sudah sawah gak boleh diubah selamanya. Kita ada undang-undang tapi ya masih gitu aja. Kalau kita serius bisa,” lanjut Zulhas.
Indonesia tidak bisa lagi terlalu menggantungkan diri terhadap impor dari negara lain. Pasalnya, saat ini negara-negara tengah mengetatkan kebijakan ekspor demi menjaga stok dalam negeri. Faktor El Nino juga menjadi pertimbangan lain.

“Vietnam kurangi tanam berasnya karena El Nino kering, padi banyak makan air, jadi tanam padi awalnya dua musim jadi satu musim karena surplus,” ungkapnya.