EkonomiHeadline

Di Tengah Klaim China, Indonesia Kembangkan Blok Migas Tuna Senilai USD3,07 Miliar  

382
×

Di Tengah Klaim China, Indonesia Kembangkan Blok Migas Tuna Senilai USD3,07 Miliar  

Share this article
jokowi di natuna
jokowi-di-natuna

G24NEWS.TV, JAKARTA – Indonesia menetapkan rencana eksplorasi minyak dan gas bumi di lepas Pantai Tuna, Natuna, Kepulauan Riau atau Blok Migas Tuna dengan nilai investasi sebesar USD3,07 miliar, ujar keterangan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Senin. 

Dikutip dari SCMP, Blok Tuna terletak di Laut Cina Selatan antara Indonesia dan Vietnam. Blok migas ini  diperkirakan akan mencapai produksi puncak sebanyak 115 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2027, kata juru bicara SKK Migas Mohammad Kemal.

Gas alam dari lapangan Tuna, yang dioperasikan oleh Harbour Energy yang terdaftar di London, diharapkan akan diekspor ke Vietnam mulai 2026, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif sebelumnya.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada Senin (2/12) mengatakan bahwa selain manfaat ekonomi, pengembangan proyek tersebut akan menegaskan kedaulatan maritim Indonesia atas perairan Natuna di Laut China Selatan. 

“Akan ada aktivitas di kawasan perbatasan yang merupakan salah satu hotspot geopolitik dunia,” kata Dwi. 

“Angkatan Laut Indonesia akan ikut mengamankan proyek hulu migas sehingga secara ekonomi dan politik menjadi penegasan kedaulatan Indonesia,” lanjut dia. 

Baca Juga  Indonesia Malaysia Thailand Perkuat Kerja Sama Produk Halal

Sembilan Garis Putus-putus China

Eksplorasi migas di Laut China Selatan tersendat-sendat karena perselisihan negara-negara yang mempunyai klaim atas kawasan tersebut. 

Vietnam, Malaysia, dan Filipina yang mempunyai zona ekonomi eksklusif terganggu oleh kapal-kapal penjaga pantai atau kapal pengawas laut China yang sering mondar-mandir. Kapal Coast Guard China sempat terlihat dari kapal TNI Angkatan Laut saat berpatroli di laut zona ekonomi eksklusif Indonesia di utara Kepulauan Natuna pada Januari 2020.

China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan dengan mengutip peta sejarahnya sendiri, yaitu sembilan garis putus-putus  negara itu. Mereka mengatakan bahwa pengadilan arbitrase internasional pada 2016 memutuskan pemilik kedaulatan di kawasan tersebut tidak memiliki dasar hukum.

Pada 2021, China pernah mengirimkan surat pada Indonesia untuk menghentikan pengeboran minyak dan gas alam di wilayah maritim yang dianggap kedua negara sebagai milik mereka. 

Sebagai respons atas hal itu, Indonesia meningkatkan kekuatan militer di sekitar Kepulauan Natuna dengan memindahkan komando armada angkatan laut utama ke Riau. Indonesia juga membangun pangkalan kapal selam di kawasan tersebut. 

Selain itu Indonesia juga mengumumkan rencana untuk menghabiskan USD125 miliar untuk pembelian senjata baru, meskipun anggaran pertahanan menyusut.

Baca Juga  Prabowo: Hilirisasi Harus Dilakukan di Semua Bidang Agar Indonesia Jadi Negara Kuat
Peta Natuna indonesia

Peta Natuna. (setkab)

Cadangan energi besar di Blok Migas Tuna

Dalam catatan SKK Migas, salah satu pemegang Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yaitu Premier Oil Tuna B.V. sudah menemukan cadangan migas khususnya di Wilayah Kerja atau Blok Tuna. Wilayah Kerja Tuna ini berada di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.

Dalam catatan SKK Migas, terdapat temuan cadangan melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2.  Pada 2014 Premier Oil melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1.

Kedua sumur ini menemukan potensi minyak dan gas dari Formasi Gabus, Arang, dan Lower Terumbu. Temuan itu diyakini bisa membantu pencapaian target lifting pemerintah minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.

Selain produksi migas, salah satu ‘harta karun’ di perairan Natuna yang sangat besar yaitu cadangan hidrokarbon raksasa mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF) di Blok East Natuna.

banner 325x300