EkonomiHeadline

Peluang Resesi di Indonesia Hanya 3%, tapi Tetap Harus Waspada Kondisi Global 

301
×

Peluang Resesi di Indonesia Hanya 3%, tapi Tetap Harus Waspada Kondisi Global 

Share this article
foto uang
Foto uang

G24NEW.TV, JAKARTA – Indonesia mempunyai perekonomian yang solid sehingga hanya berpeluang mengalami resesi pada 2023 sebesar 3 persen, ujar  Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso.

Menurut Sunarso banyak negara yang pada tahun ini berpeluang mengalami resesi hingga 20 persen. Namun Indonesia berhasil mampu mengelola ekonomi dengan baik, hingga solid dan mengurangi terjadinya resesi hanya tiga persen.

“Ke depan perekonomian Indonesia masih akan kuat karena terkendalinya COVID-19 yang membuat aktivitas bisnis dan ekonomi kembali berjalan lancar, stabilitas harga komoditas, dan perbaikan peringkat investasi,” ujar dia.

Tahun ini ketidakpastian perekonomian global dan Indonesia banyak disebabkan oleh resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS), perlambatan ekonomi global, peningkatan tensi geopolitik yang menyebabkan diskusi rantai pasok, tekanan inflasi, hingga peningkatan infeksi COVID-19 di China.

Tren industri perbankan menurut dia juga akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bonus demografi yaitu pada 2030 sebanyak 64 persen dari total penduduk Indonesia merupakan penduduk usia produktif.

Kemudian perilaku nasabah yang semakin terdigitalisasi juga akan mempengaruhi perbankan, sebagaimana tampak dari peningkatan pembayaran digital hingga lebih dari 30 persen, sedangkan transaksi tunai turun menjadi hanya 10 persen.

“Kemudian tren penurunan kredit yield akan semakin menekan Net Interest Margin (NIM) bank akan semakin tertekan. Jadi di 2020 sekitar 10 persen, di 2022 enam persen, saya yakin akan terus menekan,” katanya.

Baca Juga  Partai Golkar Ingatkan Indonesia Waspada 5 Tantangan Global

Selanjutnya inflasi yang berpotensi direspons dengan kenaikan suku bunga acuan bank sentral akan mempengaruhi kebijakan perbankan yang kita tidak bisa serta merta menaikkan suku bunga karena berisiko meningkatkan Non Performing Loan (NPL).

“Utilisasi data dan teknologi juga akan mempengaruhi kinerja perbankan, termasuk kompetisi dengan perusahaan finansial berbasis teknologi. Persaingan semakin ketat dengan hanya pemain non-bank seperti fintech akan meramaikan industri di jasa keuangan,” ucap Sunarso.

Strategi APBN Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Indonesia tetap optimistis perekonomian pada 2023, meski harus disertai kewaspadaan karena situasi ekonomi global mengalami tantangan.

“Tadi instruksi dari Bapak Presiden kita harus waspada, optimistis tapi waspada. Optimistis karena pencapaian kita luar biasa di 2022,” ujar dia.

“Waspada karena pada 2023 sepertiga dari dunia akan mengalami resesi atau 43 persen negara itu akan mengalami resesi menurut proyeksi IMF,” ujar Menteri Sri.

Menteri Sri Mulyani mengaku mempunyai sejumlah strategi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tahun ini. Antara lain belanja ketahanan pangan sebesar Rp104,2 triliun harus betul-betul bisa menjaga ketahanan dan stabilitas pangan.

Baca Juga  Tugas Pemimpin Indonesia: Ciptakan Kelas Menengah Solid sebagai Penopang Pertumbuhan Ekonomi

Pada belanja sektor perlindungan sosial dianggarkan sebesar Rp476 triliun dalam APBN tahun 2023. Nominal tersebut hampir setara dengan apa yang dibelanjakan pemerintah pada sektor yang sama 2022 yang berfungsi untuk melindungi masyarakat dari guncangan ekonomi.

“Ketahanan energi Rp341 triliun itu untuk menjaga agar guncangan yang terjadi di sektor energi dan tentu produksi energi kita dan ketahanan energi kita bisa berjalan. Infrastruktur tahun ini Rp392 triliun tetap akan dijaga,” jelasnya.

“Sedangkan belanja untuk kesehatan Rp178 (triliun) itu adalah untuk non-covid sehingga memang akan meningkat untuk belanja non-covid. Pendidikan Rp612 triliun itu juga termasuk belanja yang sangat tinggi,” imbuhnya.

Sri menjelaskan bahwa pada APBN 2023, pemerintah juga menganggarkan Rp21,86 triliun untuk tahapan pemilu. Selain itu, Rp23,9 triliun juga disiapkan untuk belanja dalam rangka mempersiapkan Ibu Kota Nusantara (IKN), terutama untuk infrastrukturnya sebesar Rp21 triliun.

“Itulah belanja-belanja yang penting di tahun 2023 yang sangat diharapkan bisa menjaga ekonomi Indonesia dari ancaman guncangan-guncangan yang terjadi di sisi global, baik karena kenaikan harga inflasi maupun pelemahan ekonomi dari negara-negara lain,” tandasnya.

 

 

 

 

banner 325x300