G24NEWS.TV, JAKARTA – Partai Golkar akan mendapatkan efek elektoral positif cukup besar pada Pemilu 2024 dengan bergabungnya Soekarwo, ujar pengamat.
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengatakan Soekarwo atau yang dikenal dengan sebutan Pakde Karwo adalah tokoh besar di Jawa Timur dan pernah dua kali menjadi gubernur provinsi tersebut.
“Sebagai patron dia punya relasi kuat di Jatim dan punya efek elektoral ke Golkar. Pakde Karwo pernah jadi gubernur Jatim dua periode, pasti punya relasi kuasa kuat untuk peta elektoral di Jatim,” ucap Surokim, dikutip dari CNN Indonesia.
Kelebihan lain dari Pakde Karwo yaitu selama ini dinilai sebagai sosok politikus yang bisa merangkul semua kalangan. Dia adalah birokrat politisi yang tidak mengenal lawan, semua menjadi sahabat dan kawan.
“Dia politisi yang tidak hitam putih, dan bisa enjoy dengan semua politisi termasuk lintas partai,” ujar dia.
Ketokohan Pakde Karwo, menurut Surokim masih tetap bisa berkembang pada Pemilu 2024 mendatang. Karena bisa menjadi sosok yang diterima semua kalangan dan selalu mengayomi.
Bagi Partai Demokrat, kepergian Pakde Karwo merupakan kerugian besar. Selama ini Demokrat Jatim identik dengan Pakde Karwo meski sudah keluar sejak 2019 lalu.
“Demokrat Jatim itu identik dengan Pakde Karwo, dia figur sentral,” ujar dia.
Sebelumnya, Soekarwo diberitakan menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar. Dasar hukumnya adalah Surat Keputusan (SK) Nomor 2 SKEP-492/DPP/Golkar/XI/2022 tanggal 22 November 2022. SK tersebut berisi susunan Dewan Pakar DPP Partai Golkar masa bakti 2019-2024 hasil perubahan. Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar saat ini adalah Agung Laksono.
Guru Besar FISIP Universitas Airlangga Surabaya Hendri Subiakto mengatakan Soekarwo mempunyai sejarah panjang bersama Partai Golkar sebelum menjadi ketua Partai Demokrat Jatim.
Pakde Karwo adalah politisi kawakan dan berpengaruh di Jawa Timur. Dia memiliki sejarah yang panjang bersama Partai Golkar sebelum bergabung dengan Demokrat.
Menurut dia Pakde Karwo tidak tidak mendapatkan manfaat dari bergabungnya dengan Demokrat, dan pamor partai itu pun meredup.
“Terutama peluang di Jawa Timur meredup. Selama tidak ada peristiwa politik yang luar biasa. Itu kemungkinan pertimbangan Pakde Karwo sebagai politisi kawakan di Jawa Timur, dia balik ke partai yg lama dimana dulu banyak terlibat saat belum jadi Gubernur,” jelas Hendri dikutip dari Balipuspanews.
\
