HeadlinePolitik

YPL 12 Golkar Institute Ditutup, Airlangga Hartarto: Indonesia Butuh Strong Leader yang Kuasai Geopolitik dan Ekonomi

145
×

YPL 12 Golkar Institute Ditutup, Airlangga Hartarto: Indonesia Butuh Strong Leader yang Kuasai Geopolitik dan Ekonomi

Share this article
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto berfoto bersama pembicara, pengurus dan peserta Executive Education Program For Young Political Leader 12 Golkar Institute, di Airlangga Classroom, DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Sabtu (17/6/2023). Foto: Ist
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto berfoto bersama pembicara, pengurus dan peserta Executive Education Program For Young Political Leader 12 Golkar Institute, di Airlangga Classroom, DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Sabtu (17/6/2023). Foto: Ist

G24NEWS.TV, JAKARTA — Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan Partai Golkar harus menghasilkan strong leader di Pemerintahan.

Pemimpin yang dibutuhkan Indonesia, jelasnya, adalah sosok yang kuat dan memahami masalah geopolitik dan perekonomian

“Indonesia perlu strong leader dan leader yang tahu geopolitik ke depan,” jelas Airlangga dalam sambutannya, sebelum menutup Executive Education Program For Young Political Leader (YPL) Batch 12 Golkar Institute, di Airlangga Classroom, DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Sabtu (17/6/2023).

Dia mengatakan Partai Golkar memiliki banyak kader yang berpotensi menjadi pemimpin yang kuat dan memahami persoalan ekonomi dan geopolitik.

“Di dalam Pemilu ke depan stok human resource-nya tidak banyak. Tapi stok akumulasi knowledge-nya, saya bisa katakan hanya ada di Golkar,” tegasnya.

Untuk itu, dia menegaskan dalam Pemerintahan ke depan, Golkar harus ikut serta dalam pembangunan.

“Penting untuk ke depan, dalam pemerintahan ke depan harus ada Golkar”, lanjut Airlangga yang juga Menteri Koordinator Perekonomian.

Baca Juga  Jadi Pembicara YPL 13 Golkar Institute, Menpora RI Dito Ariotedjo Terangkan Kebijakan Pemerintah Soal Kepemudaan

Pada kesempatan itu, dia mengatakan Indonesia akan menghadapi persimpangan ketiga pada Pemilu 2024 mendatang.

Dia menjelaskan, persimpangan pertama dihadapi pada saat peralihan masa orde lama ke orde baru di tahun 1965.

“Saat itu Indonesia tengah menghadapi konflik, Nasakom,” ujarnya.

Kemudian, Indonesia menghadapi persimpangan kedua di tahun 1998, saat terjadi Reformasi.

Tantangan yang dilalui Indonesia saat krisi itu, tambahnya, adalah terjadinya krisis moneter di Asia yang disusul oleh krisis politik di Tanah Air.

Meski tidak mudah, ujarnya, Indonesia telah melalui kedua persimpangan itu dan kini sedang menapak jalan sebagai negara berkembang.

Keberhasilan Indonesia melalui dua persimpangan, jelasnya lagi, dibuktikan dengan berbagai kemajuan  pembangunan.

Persimpangan Ketiga Tahun 2024

Sementara itu, persimpangan selanjutnya, yaitu persimpangan ketiga, jelasnya, tidak lama lagi, yaitu tahun 2024.

Indonesia, jelasnya, saat ini sedang bersiap menghadapi persimpangan ketiga, yaitu Pemilu 2024.

Baca Juga  Dedi Mulyadi Menangis karena Keikhlasan Pedagang Rambutan

Persimpangan ketiga ini akan menentukan  arah kemajuan Indonesia di masa mendatang.

Oleh karena itu, dia menegaskan Pemilu tahun depan menjadi penting.

“Kita berada dalam pilihan menjadi negara maju atau tetap tidak naik kelas. Berputar-putar. Menjadi negara di tengah saja”, ujar Airlangga.

Di tempat yang sama,  Ketua Dewan Pengurus Golkar Institute Ace Hasan Syadzily melaporkan Executive Education Program For Young Political Leader (YPL) 12 Golkar Institute digelar selama satu pekan.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang bereputasi tinggi.

Para peserta terdiri dari beragam latar belakang. Tercatat 3 orang peserta merupakan Anggota DPRD.

“Dari 45 peserta, 44 orang lulus. Peserta hampir dari seluruh Indonesia,” jelas Ace.

“Beragam latar belakang peserta, ada yang ekonomi, ilmu sosial, teknik, ilmu hukum, ilmu pendidikan, kedokteran, kesehatan, pertanian juga ada”.

Email: Nyomanadikusuma@G24 News

Editor: Lala Lala

banner 325x300