Kesehatan

Waspadai! Laporan Infeksi Rabies di Sejumlah Daerah Meningkat

123
×

Waspadai! Laporan Infeksi Rabies di Sejumlah Daerah Meningkat

Share this article
Ilustrasi rabies. Foto: Siloam Hospital
Ilustrasi rabies. Foto: Siloam Hospital

G24NEWS.TV, JAKARTA – Laporan adanya kasus infeksi rabies terhadap manusia meningkat pada sejumlah wilayah di Indonesia. Masyarakat diminta mewaspadai penyebaran yang lebih besar lagi.

Dari Provinsi Sulawesi Selatan, kasus infeksi rabies terhadap manusia dilaporkan 2.395 kasus pada periode Januari hingga April 2023.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mengatakan gigitan hewan penular rabies (GHPR) infeksi juga menyebabkan kematian.

Selama Januari hingag Mei, di Sulsel tercatat kematian dua orang terinfeksi di Soppeng, dua kasus di Toraja Utara 2 kasus dan satu kasus di Sinjai. Sehingga, total korban meninggal mencapai lima orang.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Provinsi Kalimantan Barat Imran Pambudi juga mengumumkan data yang tidak jauh berbeda.

Dia mengatakan sebagian besar kasus kematian akibat terinfeksi rabies adalah karena lambat di bawa ke fasilitas kesehatan.

Padahal, menurutnya, jika ditangani secepat mungkin, kemungkinan besar korban dapat diselamatkan.

Baca Juga  Menggali Nutrisi Esensial: Petualangan Interaktif dengan Protein

Imran mengatakan saat ini ada 25 provinsi yang menjadi endemi rabies, sedangkan delapan provinsi bebas rabies.

Yaitu, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat dan Papua.

95% Penularan Dari Anjing

Sementara itu, informasi dari Kementerian Kesehatan menunjukkan 95 persen kasus penularan rabies di Indonesia sejauh ini disebabkan gigitan anjing.

Namun, hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia tidak hanya anjing, tetapi juga hewan lain, seperti kucing.

Awal pekan lalu, seorang balita perempuan di Buleleng, Bali, dikabarkan meninggal diduga terinfeksi rabies setelah digigit anjing.

Dia sempat dirawat di RSUD Buleleng, Bali. Gejalanya, tidak bisa minum air, nyeri saat menelan, gelisah, serta takut angin.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng Sucipto membenarkan informasi ini dan mengatakan Balita itu meninggal dalam keadaan hipervelasi dengan diagnosis encephalitis rabies.

Pasien balita memiliki riwayat digigit anjing peliharaannya. Gigitan dialami pasien pada enam bulan lalu, tetapi baru mengalami gejala satu bulan kemudian

Baca Juga  Matamu Terasa Lelah dan Perih? Coba 9 Tips Ini Biar Tetap Fresh

Peningkatan kasus juga dilaporkan dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kasus di provinsi itu telah meluas ke 12 kecamatan.

Masalah baru yang dialami daerah ini adalah stok vaksin rabies habis.

Pemkab Sikka telah berupaya memvaksin 2.760 ekor anjing, sementara masih ada sekitar 50.000 ekor anjing yang belum tervaksin, karena vaksin habis.

Hingga saat ini, Pemkab Sikka sudah menetapkan rabies sebagai kejadian luar biasa atau KLB Rabies.

Seperti dilansir dari Dinas Kesehatan Bali, rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut.

Virus rabies menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas.

Sedangkan, virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau melalui luka terbuka.

Email: Nyomanadikusuma@G24 News
Editor: Lala Lala

banner 325x300