G24NEWS.TV, JAKARTA — Eksistensi gerakan pramuka di Indonesia tidak pernah bisa dilepaskan dari peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Ia dikenal sebagai tokoh pendiri Gerakan Pramuka di Indonesia.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dijuluki sebagai Bapak Pramuka Indonesia karena sangat berjasa dalam pembentukan dan pengembangan Gerakan Pramuka di Indonesia.
Ia merupakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang lahir di Yogyakarta, 12 April 1912 dengan nama kecil Gusti Raden Mas Dorojatun.
Bagaimana peran Sri Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam merintis pembentukan Gerakan Pramuka di Indonesia? simak ya!
Sri Sultan Hamengku Buwono IX aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan sejak usia muda.

Ia menduduki jabatan penting yakni sebagai Pandu Agung atau Pemimpin Kepanduan pada tahun 1960-an. Pada tahun 1961 M, ketika pertumbuhan dan perkembangan organisasi kepanduan di Indonesia mulai banyak serta muncul kesadaran untuk disatukan dalam satu wadah, disitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX memiliki peran yang sangat penting.
Soekarno yang saat itu merupakan Presiden Republik Indonesia sering berkonsultasi dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tentang bagaimana penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya di Indonesia.
Sejarah Hari Pramuka di Indonesia
Pada 9 Maret 1961, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka di Istana Negara. Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, dan Achmadi.
Empat tokoh ini mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan Keputusan Presiden RI No.238 Tahun 1961.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Soekarno mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada di Indonesia harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikannya harus diganti. Tak hanya itu, seluruh kepanduan yang ada di Indonesia dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka.

Panitia ini kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang panitia pembantu pelaksana pembentukan Gerakan Pramuka.
Setelah melalui proses panjang, gerakan kepanduan yang ada di Indonesia resmi berdiri dan melebur jadi satu.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, di halaman Istana Negara dilakukan Pelantikan Mapinas (Majlis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari, dilanjutkan penganugerahan Panji-panji Kepramukaan dan defile Pramuka untuk memperkenalkan Pramuka kepada masyarakat yang diikuti oleh sekitar 10.000 Pramuka.
Peristiwa ini dicanangkan sebagai Hari Pramuka yang diperingati hingga sekarang.
Ketua Mapinas saat itu adalah Dr. Ir. Soekarno dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr. A. Aziz Saleh.
Sementara Kwarnas diketuai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai ketua Kwartir nasional Gerakan Pramuka selama 13 tahun yang terdiri atas 4 masa bakti.
Pada saat itu masa bakti ketua Kwarnas berlaku selama 4 tahun. Masa bakti kepengurusan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai ketua Kwarnas yaitu masa bakti tahun 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.