Lifestyle

Sastrawan Remy Sylado Meninggal Dunia, Ini Karya-karyanya 

147
×

Sastrawan Remy Sylado Meninggal Dunia, Ini Karya-karyanya 

Share this article
remy silado
remy_silado

G24NEWS.TV, JAKARTA – Sastrawan dan seniman serba bisa Remy Sylado meninggal dunia pada Senin (12/12) di Jakarta. 

Pras, anak Remy Sylado mengkonfirmasi kepergian sang ayah untuk selama-lamanya itu, seperti dikutip oleh CNNIndonesia. 

Setelah jenasah disemayamkan di rumah duka di kawasan Cipinang, Jakarta Timur, langsung dikebumikan sore harinya.

Ketua Humas Pengurus Besar Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Evry Joe juga mengabarkan seniman yang lahir dengan nama Yapi Panda Abdiel Tambayong itu. 

“Telah berpulang hari ini, seorang seniman besar Indonesia yang juga seorang budayawan, novelis, penulis cerita film, dan bagi saya beliau juga merupakan seorang aktor besar Indonesia, Remy Sylado,” kata Evry Joe.

Remy Sylado lahir di Minahasa, Sulawesi Utara pada 12 Juli 1945 itu. Dalam karirnya di dunia seni Indonesia yang dilakoni lebih dari lima dekade, Remy muncul dalam belasan film layar lebar, sehingga menjadi salah satu aktor paling disegani di generasinya.

Remy tiga kali meraih nominasi di Festival Film Indonesia sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Film-film yang membuatnya mendapatkan nominasi tersebut adalah Tinggal Sesaat Lagi (1987), Akibat Kanker Payudara (1988), dan 2 dari 3 Laki-laki (1990).

Remy juga seorang wartawan besar yang berpengaruh di zamannya bersama majalah music “Aktuil”. Tulisan-tulisannya kritis terhadap perkembangan dunia music tanah air saat itu. 

Baca Juga  Prediksi Brazil vs Kroasia Perempat Final Piala Dunia 2022, Ini Kekuatan Dua Tim

Sebagai seorang penulis, karya-karyanya juga mendapat pengakuan.  Beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. 

Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan novelnya adalah Ca-bau-kan (2002) dari novel berjudul sama “Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa” (1999).

Nama Remy Sylado mulai disandang sejak dia membentuk grup musik bernama Remy Sylado Company semasa SMA di Semarang. 

Hal itu pun yang menginisiasi penggunaan nama Remy Sylado. Nama didapat dari chord pertama lirik lagu “All My Loving” milik The Beatles. Lambang 2-3-7-6-1 adalah notasi re-mi-si-la-do.

Komplikasi 

Sebelum ajal menjemput, Remy Sylado sudah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya. 

Ia sempat menjalani operasi hernia. Belakangan penyakit stroke, dan katarak, juga menggerogoti kesehatannya. Namun, karena usia lanjut, sang seniman tidak bisa menjalani perawatan, dan pengobatan sekaligus.

Seperti dikutip dari berbagai media, keponakan Remy, Eleonora Moniung menyebutkan, pamannya mengalami stroke pada 2019 dan sempat dibawa ke rumah sakit. Saat itu kondisinya membaik dan dibawa pulang ke rumah. Dia lalu kembali stroke pada 2020.

Terakhir Remy Sylado diketahui berobat ke rumah sakit pada Desember 2020. Setelah itu, sastrawan ini menjalani perawatan jalan di rumah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di era Gubernur Anies Baswedan pernah membantu biaya perawatan Remy Sylado di RSUD Tarakan. 

Baca Juga  Mau Healing di Alam? Indonesia Punya 10 Destinasi Terbaik Ini Loh!

Berikut karya-karya Remy Sylado yang diperoleh dari Badan Bahasa Kemendikbud 

 Puisi

1.     Kerygma (1999),

2.     Puisi Mbeling Remy Sylado (2004), dan

3.     Kerygma dan Martryria (2004).

Prosa (Novel)

1.   Gali Lobang Gila Lobang (1977),

2.   Kita Hidup Hanya Sekali (1977),

3.   Orexas (1978),

4.   Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999),

5.   Kembang Jepun (2002),

6.   Kerudung Merah Kirmizi (2002),

7.   Pariys van Java (2003),

8.   Menunggu Matahari Melbourne (2004),

9.   Sampo Kong (2004),

10.    Mimi Lan Mintuna (2007),

11.    Namaku Mata Hari (2010), dan

12.    Hotel Prodeo (2010).

 Drama

1.   Siau Ling (2001),

2.   Jalan Tamblong: Kumpulan Drama Musik (2010), dan

3.   Drama Sejarah 1832 (2012).

Film

1.     “Tinggal Sesaat Lagi” (1986),

2.     “Akibat Kanker Payudara” (1987),

3.     “Dua dari Tiga Laki-laki” (1989),

4.     “Taksi” (1990),

5.     “Blok M” (1990),

6.     “Pesta” (1991),

7.     “Tutur Tinular IV [Mendung Bergulung di Atas Majapahit]” (1992),

8.     “Capres” (2009),

9.     “Bulan di Atas Kuburan” (2015), dan

10.  “Senjakala di Manado” (2016).

Nonfiksi

1.   Dasar-Dasar Dramaturgi,

2.   Mengenal Teater Anak,

3.   Menuju Apresiasi Musik,

4.   Sosiologi Musik, dan

5.   Ensiklopeia Musik.

 

banner 325x300