G24NEWS.TV, JAKARTA – Pemerintah junta militer di Myanmar akan membebaskan lebih dari 7.000 tahanan dalam peringatan Hari Kemerdekaan negara itu.
Dalam sebuah pernyataan dari pemerintahan militer pada Rabu (4/1) mereka akan membebaskan total 7.012 narapidana dari berbagai penjara di seluruh negeri untuk “kedamaian pikiran masyarakat, mempertimbangkan keadaan sosial, dan untuk memperingati Hari Kemerdekaan negara itu,” dikutip dari Myanmar Now oleh Anadolu Agency.
Namun, pemerintahan junta menambahkan bahwa mereka yang dihukum atas tuduhan terkait dengan dugaan “terorisme, penggunaan bahan peledak, asosiasi yang melanggar hukum, korupsi, pembunuhan atau obat-obatan tidak termasuk di antara mereka yang dibebaskan.”
Myanmar, sebelumnya dikenal sebagai Burma, merayakan Hari Kemerdekaan setiap 4 Januari, hari ketika negara mayoritas Buddha itu mendeklarasikan kemerdekaan dari pemerintahan Inggris pada 1948.
Laporan mengatakan banyak orang telah dibebaskan, termasuk mantan menteri urusan agama di bawah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Thura Aung Ko.
Militer Burma, yang secara lokal dikenal sebagai Tatmadaw, melancarkan kudeta pada Februari 2021 yang ditanggapi dengan kerusuhan sipil yang meluas.
Junta menekan protes dengan kekerasan, meskipun PBB memperingatkan bahwa negara itu telah jatuh ke dalam perang saudara.
Kantor Hak Asasi PBB mengatakan sedikitnya 2.316 orang, termasuk 188 anak-anak, telah tewas di Myanmar sejak militer merebut kekuasaan.
Ribuan lainnya dipenjara, termasuk pemimpin NLD Aung San Suu Kyi yang telah dipenjara selama 33 tahun.
Pada hari Tahun Baru, kepala junta Min Aung Hlaing memberikan “penghargaan nasional bergengsi” kepada para pendahulunya selain biksu Buddha U Wirathu, yang dijuluki sebagai “wajah teror Buddha.”
Di antara mereka yang diberikan oleh penguasa militer termasuk diktator pasca-kemerdekaan pertama Myanmar Jenderal Ne Win dan penggantinya Jenderal Sein Lwin dan Jenderal Senior Saw Maung.