HeadlineInternasional

Misi kemanusiaan Indonesia untuk Gempa Turki Tiba, Korban Jiwa Sudah Lebih 20.000 Orang

284
×

Misi kemanusiaan Indonesia untuk Gempa Turki Tiba, Korban Jiwa Sudah Lebih 20.000 Orang

Share this article
Misi Kemanusiaan Indonesia di Bandara Adana Turki. (Foto Kedubes Indonesia di Turki)
Misi Kemanusiaan Indonesia di Bandara Adana Turki. (Foto Kedubes Indonesia di Turki)

G24NEWS.TV, JAKARTA – Misi kemanusiaan Indonesia untuk penanganan pasca-gempa Turki tiba di Bandara Adana Turki dengan membawa alat berat sejumlah bantuan, Minggu (12/2). 

Atase Pertahanan KBRI Ankara Kolonel Amir Ali Akbar mengatakan misi kemanusiaan ini datang dengan dua unit pesawat TNI AU yang tiba pada dua waktu yang berbeda.

Pendaratan pertama membawa 47 personil Medium Urban SAR BASARNAS (MUSAR Inasar) dan perlengkapan ringan. Sementara itu,  pendaratan kedua pada pukul 17.00 WS dengan Hercules C-130 membawa perlengkapan berat dan bantuan kemanusiaan dari Kementerian Pertahanan. 

“Setelah menurunkan penumpang dan muatan, pesawat pertama langsung terbang kembali ke Indonesia. Sementara pesawat kedua, setelah bongkar muat langsung terbang ke Ankara untuk istirahat dan pergantian crew,” ujar dia. 

Misi kemanusiaan ini akan diterjunkan ke ke daerah operasi yang telah ditentukan AFAD, yaitu di Antakya, Provinsi Hatay. Tim langsung berkoordinasi dengan Kantor PBB untuk Kemanusiaan begitu tiba di Antakya. 

Gelombang pertama misi kemanusiaan Indonesia ini akan disusul gelombang Kedua pada tanggal 14 Februari 2023 dan gelombang Ketiga pada tanggal 19 Februari 2023.

Misi Kemanusiaan Indonesia di Bandara Adana Turki. (Foto Kedubes Indonesia di Turki)
Misi Kemanusiaan Indonesia di Bandara Adana Turki. (Foto Kedubes Indonesia di Turki)

Baznas Kirim Relawan 

Sebelumnya Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga mengirimkan tim tanggap bencana atau disaster response team untuk ikut menangani korban gempa di Turki dan Suriah.

Ketua Baznas Noor Achmad mengatakan tim terdiri dari 4 orang yang merupakan profesional di bidang penyelamatan, medis dan juga media. Tim tersebut membawa bantuan senilai Rp1 miliar untuk tahap awal. Bantuan akan terus ditambah dengan target mencapai Rp10 miliar untuk korban bencana Turki dan Suriah.

Baca Juga  PMI Kirim Uang Tunai dan Tim Medis Bantu Korban Gempa Turki 

Bantuan dalam bentuk berbagai kebutuhan darurat untuk para pengungsi seperti kebutuhan logistik pangan, obat-obatan, selimut, pakaian, shelter dan kebutuhan lainnya.

“Tim ini akan berada selama satu minggu di sana yang bertugas mempelajari apa yang sebenarnya dibutuhkan di sana, berkoordinasi dengan kedutaan dan para relawan dari belahan dunia lain, serta membentuk relawan dari mahasiswa Indonesia yang tinggal di sana,” kata Noor Achmad. 

Lebih dari 20.000 orang meninggal dunia 

Pemerintah Turki mengonfirmasi sedikitnya 20.665 orang tewas dan 80.088 lainnya luka-luka akibat dua gempa kuat yang mengguncang selatan Turki. Gempa berkekuatan M 7,7 dan 7,6 berpusat di provinsi Kahramanmaras, memberikan dampak kepada lebih dari 13 juta orang di 9 provinsi lainnya, yaitu; Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kilis, Malatya, Osmaniye, dan Sanliurfa.

Beberapa negara di kawasan itu, termasuk Suriah dan Lebanon, juga merasakan getaran kuat yang melanda Turkiye dalam waktu kurang dari 10 jam.

Badan Penanggulangan Bencana dan Kondisi Darurat (AFAD) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setidaknya 166.000 personel pencarian dan penyelamatan bertugas di lapangan.

Hampir 92.700 orang telah dievakuasi dari daerah yang dilanda gempa sejauh ini, kata AFAD.

Baca Juga  Korban Jiwa Akibat Gempa Turki Capai 2.379 Orang, Sejumlah Negara Kirim Bantuan  

Erdogan pada Kamis mengatakan gempa di selatan Turkiye dapat digambarkan sebagai “bencana abad ini,” dan menambahkan bahwa negara telah mengerahkan segala cara untuk membantu para korban.

Gempa Terbesar dalam 1 Abad 

Proses evakuasi korban gempa Turki. (Foto Anadolu Agency)
Proses evakuasi korban gempa Turki. (Foto Anadolu Agency)

Direktur Badan Seismologi Swiss Stefan Wiemer mengatakan gempa di perbatasan Turki dan Suriah ini merupakan gempa paling besar di kawasan itu dalam waktu lebih dari 100 tahun. 

Stefan Wiemer yang berbicara dengan saluran televisi Swiss SRF mengatakan bukan kebetulan bahwa gempa kuat sering terjadi antara kedua negara ini. Karena ada batas lempeng di kawasan itu, kata dia, seraya menambahkan bahwa selama bertahun-tahun, ada ketegangan di kawasan ini dan dihempaskan oleh gempa bumi.

“Ini adalah patahan Anatolia Timur, tempat ketegangan menumpuk dan mengering, terutama dengan gempa berkekuatan 7,7. Gempa sebesar itu sangat jarang terjadi,” ungkap dia.

Gempa berkekuatan 8 skala Richter mungkin terjadi setahun sekali di dunia, imbuh Wiemer.

Mengacu pada sejarah, dia mengatakan bahwa Aleppo berkali-kali diguncang gempa besar, namun dia menambahkan bahwa gempa bermagnitudo 7,7 sudah merupakan gempa besar.

Dia menyebut ada potensi gempa susulan selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan setelah gempa besar tersebut.

“Umumnya akan berkurang jumlah dan intensitasnya dari waktu ke waktu,” ujar Wiemer dikutip dari Anadolu Agency.

banner 325x300