Nasional

M. Yasin Mangun Berhasil Kurangi Angka Stunting di Poso

129
×

M. Yasin Mangun Berhasil Kurangi Angka Stunting di Poso

Share this article
M. Yasin Mangun, Wakil Bupati Poso
M. Yasin Mangun, Wakil Bupati Poso

G24NEWS.TV, JAKARTA – Dua tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Poso telah berhasil menurunkan angka stunting dari 21,67% menjadi 10,07% dari jumlah balita di kota itu.

Kabupaten Poso terletak di tengah Pulau Sulawesi, di pesisir Teluk Tomini.

Wakil Bupati Poso, M. Yasin Mangun mengatakan prevalensi stunting Kota Poso, Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2019 di level 21,67%. Kemudian, hingga akhir tahun 2021, jumlahnya berkurang signifikan menjadi 10,07% dari total populasi balita di kota itu.

“Target Pemerintah Kabupaten Poso tahun 2026 angka stunting bisa turun lagi menjadi 7,8%” jelas Yasin Mangun yang menjadi Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Poso.

Dia mengatakan, berkurangnya akan stunting sejalan dengan ditetapkannya kota itu sebagai salah satu kabupaten lokasi fokus perluasan intervensi penurunan stunting terintergrasi nasional.

“Karena itu kami sangat fokus dengan penyelesaian stunting di Poso,” ujar M Yasin Mangun yang juga Pengurus DPD I Golkar Provinsi Sulawesi Tengah. Ini disampaikan dalam Rembuk Stunting di Aula Bappelitbangda, Kabupaten Poso, Sulteng, Maret lalu.

Strategi Yasin Mangun Tingkatkan Gizi Bayi dan Balita

Di sisi lain dia mengatakan, meski turun signifikan, pihaknya belum puas dengan angka saat ini karena angka stunting masih tetap ada.

Baca Juga  Legislator Golkar Minta Pertamina Lengkapi Payung Hukum Pengaturan BBM Bersubsidi

“Persentasenya memang turun, namun kasusnya masih ada. Makanya semua pihak di Poso berjibaku menurunkannya hingga benar-benar tidak ditemukan lagi,” tegas Yasin, Ketua Pengurus Harian Ikatan Alumni Universitas Tadulako.

Adapun strategi yang dilakukan Yasin Mangun untuk meningkatkan gizi bayi dan balita di Poso tidak hanya dari sisi kesehatan. Namun, dia juga melakukan upaya mencegah terjadinya stunting dan memangkas angka stunting dari sektor lainnya, seperti pertanian, peternakan dan perdagangan.

“Karena keberhasilan program penurunan stunting di sejumlah wilayah dipengaruhi oleh sektor non kesehatan dengan proporsi mencapai 70 persen,” jelas Yasin Mangun.

Stunting menjadi fokus Pemerintah Kota Poso. Akhir tahun lalu telah berkurang jauh di bawah angka rata-rata stunting nasional.

Prevalensi Balita Stunting Indonesia 21,6%

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.

Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menempati posisi teratas dengan angka balita stunting sebesar 35,3%. Meski masih bertengger di posisi puncak, prevalensi balita stunting di NTT menurun dari 2021 yang sebesar 37,8%.

Baca Juga  Ridwan Kamil Bakal Bahas Doktrin Kekaryaan bareng Kader Muda Partai Golkar

Selanjutnya, Sulawesi Barat di peringkat kedua dengan prevalensi balita stunting sebesar 35%. Lalu, Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat memiliki prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 34,6% dan 32,7%.

Terdapat 18 provinsi dengan prevalensi balita stunting di atas rata-rata angka nasional. Sisanya, 16 provinsi berada di bawah rata-rata angka stunting nasional.

Di sisi lain, Bali menempati peringkat terbawah alias prevalensi balita stunting terendah nasional. Persentasenya hanya 8% atau jauh di bawah angka stunting nasional pada 2022.

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.

Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.*

 

Penulis: Nyoman Adikusuma

Editor: Lala Lala

banner 325x300