Lifestyle

Diabetes pada Anak Naik 70 Kali Lipat, Harus Jaga Asupan Gula Nih

290
×

Diabetes pada Anak Naik 70 Kali Lipat, Harus Jaga Asupan Gula Nih

Share this article
alat pengukur gula darah untuk mendeteksi Diabetes pada anak
alat pengukur gula darah untuk mendeteksi Diabetes pada anak

G24NEWS.TV, JAKARTA – Kasus diabetes anak melonjak hingga 70 kali lipat pada 2023 ini, membuat kekhawatiran tentang penurunan kualitas hidup anak-anak ini karena bisa memicu penyakit kronis lain

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengutip data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa lonjakan ini dibandingkan dengan angka prevalensi pada 2010 lalu. Sedangkan pada awal Januari 2023 ini, prevalensi diabetes adalah 2 kasus per 100.000 jiwa. 

“Diabetes di Indonesia memang naik tinggi,” ujar Menteri Budi Gunadi di  RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat, Jumat (3/2) dikutip dari Antara. 

“Jadi kalau terus-terusan ada dan enggak di-treat (dirawat), itu bisa stroke, bisa jadi (gagal) ginjal, bisa jadi jantung.” 

Budi mencontohkan, penderita diabetes yang sudah mengalami komplikasi gagal ginjal harus melakukan cuci darah.  Cuci darah itu dilakukan sekitar 3-4 kali seminggu dan sekali cuci darah memakan waktu hingga 4-5 jam. Sementara itu, berdasarkan data yang dia terima, penderita diabetes di Indonesia mencapai 13 persen dari total penduduk sekitar 270 juta atau setara dengan 35 juta jiwa. 

“Kalau ini nggak di-treat (dirawat dan diobati), dia paling dekatnya itu cuci darah. Bayangkan kalau kita cuci darah tuh mesti 3-4 hari di RS, di sana 4-5 jam nggak bisa ngapa-ngapain, kan kasihan kualitas hidupnya,” tutur Budi. 

Budi mengimbau masyarakat melakukan pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c) secara rutin. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur rerata jumlah sel darah merah (hemoglobin) yang berikatan dengan gula darah selama tiga bulan terakhir.  Gula darah disebut normal jika HbA1c di bawah 5,7 persen, dinyatakan prediabetes jika jumlah HbA1c antara 5,7–6,4 persen, dan diabetes jika jumlah HbA1c mencapai 6,5 persen atau lebih.

Baca Juga  Cegah Diabetes pada Anak dengan Zumba

 “Jadi penting buat masyarakat untuk diedukasi, dididik, untuk bisa identifikasi dia diabetes apa enggak. HbA1c di bawah 6,5 apa enggak, itu yang paling bagus. Jadi cek darah, dilihat,” ucap Budi. 

infografis diabetes pada anak
infografis diabetes pada anak

Dia juga mengimbau agar tidak terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula, kemudian, rajin olahraga fisik minimal 30 menit sehari, selama 5 kali dalam seminggu. 

“Makannya dijaga jangan manis-manis, olahraga fisiknya yang banyak, bisa jalan, bisa lari, naik sepeda 30 menit sehari, 5 hari dalam seminggu,” jelas Budi. 

Sebelumnya menurut IDAI hingga akhir Januari 2023 lalu, tercatat 1.645 pasien anak penderita diabetes yang tersebar di 13 kota. Ketiga belas kota tersebut, yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.

Berdasarkan usia, sebaran kasus diabetes pada anak yang paling tinggi berada di usia 10-14 tahun dengan porsi 46,23 persen. Diikuti anak usia 5-9 tahun sebesar 31,05 persen, anak usia 0-4 tahun sebanyak 19 persen, dan anak usia lebih dari 14 tahun sebesar 3 persen.

Berdasarkan jenis kelamin, sebaran kasus diabetes pada anak lebih banyak didominasi oleh perempuan dengan persentase 59,3 persen dan laki-laku 40,7 persen.

“Pada 2023, angkanya meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010 yang 0,028 per 100.000 dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000,” kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Muhammad Faizi. 

Baca Juga  Mencicipi Kelezatan Seblak, Makanan Pedas Indonesia yang Bikin Anak Muda Nagih

Apa itu Diabetes Melitus pada Anak?

Sebagian orang masih memandang diabetes melitus (DM) adalah penyakit orang tua dan tidak akan diidap oleh anak dan remaja yang masih berusia muda, termasuk untuk DM tipe 2.

Diabetes adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah. Ini disebabkan oleh kurangnya insulin, hormon yang membantu mengatasi kadar gula dalam darah, atau resistensi insulin, di mana tubuh tidak merespons dengan baik pada insulin yang ada. 

Ada 2 jenis diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena kekurangan insulin yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, sementara diabetes tipe 2 terjadi karena resistensi insulin dan produksi insulin yang tidak memadai.

Penyebab DM tipe-1 adalah interaksi dari banyak faktor antara lain, kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun, dan sel β pankreas yang perannya masing-masing terhadap proses DM tipe-1 belum diketahui. Diabetes melitus pada anak bisa terjadi karena beberapa faktor seperti gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan faktor keturunan. 

Pengobatan untuk diabetes melitus pada anak meliputi diet seimbang, aktivitas fisik yang teratur, dan bisa juga melibatkan pemberian insulin melalui suntikan atau infus. Pencegahan dan deteksi dini sangat penting untuk memastikan kondisi diabetes melitus pada anak dapat dikontrol dan mengurangi risiko komplikasi serius.

banner 325x300