Depresiasi Nilai Rupiah Diharap Tak Berdampak Signifikan pada Industri dan Komoditas Pangan

160
×

Depresiasi Nilai Rupiah Diharap Tak Berdampak Signifikan pada Industri dan Komoditas Pangan

Share this article
Depresiasi Nilai Rupiah Diharap Tak Berdampak Signifikan pada Industri dan Komoditas Pangan
Depresiasi Nilai Rupiah Diharap Tak Berdampak Signifikan pada Industri dan Komoditas Pangan

G24NEWS.TV, JAKARTA –  Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin berharap depresiasi nilai rupiah tidak memberikan dampak signifikan pada sektor industri di tanah air.

Ia menyebutkan selama masa reses DPR kemarin, pihaknya terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia terkait dengan kondisi ini.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) semakin mengalami depresiasi bahkan sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang 2023, yaitu hampir menembus angka Rp16.000/USD.

“Kemarin kita titik beratkan kepada Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan dan LPS yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan harus terus berkoordinasi supaya penguatan dari harga Dolar ini tidak semakin berdampak kepada sektor industri kita,” tuturnya.

Puteri tak menampik masih banyak industri maupun UMKM yang bergantung pada komoditas impor sehingga rentan terdampak oleh fluktuasi nilai mata uang. Disampaikannya, dalam UU Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) bahwa Bank Indonesia juga memiliki tanggung jawab dalam peningkatan sektor UMKM. Terlebih, Presiden Jokowi juga terus menggaungkan mengenai hilirisasi.

Baca Juga  PSI Jadi Sister Party Golkar

“Kita mendorong supaya Bank Indonesia bisa mendorong komoditas yang menjadi substitusi dari barang-barang yang selama ini kita masih impor, yang tentu akan sangat berdampak pada kekuatan harga Dolar ini,” lanjutnya.

Politisi Partai Golkar itu lantas memberikan contoh kedelai sebagai komoditi yang pemenuhannya masih tergantung impor. Sebagai bahan baku dari tahu dan tempe yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, menurutnya, jika harga kedelai naik maka bukan tak mungkin akan mempengaruhi pedagang kecil yang berada di hilir

“Misalnya kita tarik contoh kedelai. Kedelai itu kebanyakan masih impor dan ini menjadi bahan baku dari makanan staple kita, makanan wajib bangsa Indonesia yaitu tahu tempe. Ini pasti akan berdampak kepada sektor UMKM, warteg dan lain-lainnya. Pengusaha kecil juga pasti nanti akan berteriak itu dikarenakan (adanya pelemahan rupiah) ini.

Baca Juga  Christina Aryani Usul Panggil Panglima TNI Bahas Soal Jual Beli Senjata

Sekali lagi, legislator Dapil Jawa Barat VII ini meminta Bank Indonesia untuk terus menguatkan dan membina UMKM agar nantinya bisa bertambah jumlahnya dan nantinya dapat menekan jumlah barang impor, terutama dari sektor makanan dan minuman.

Tak hanya kedelai, bahan baku makanan dan minuman yang masih bergantung pada komoditas impor adalah gandum dan gula. Sektor industri lain yang akan merasakan dampak kenaikan bahan baku impor selain makanan dan minuman adalah industri farmasi atau industri petrokimia hingga tekstil. Selain itu, harga BBM terutama BBM bersubsidi juga bergantung pada kekuatan nilai tukar rupiah.

Email: DharmaSastronegoro@G24.News
Editor: Lala Lala

banner 325x300